Jumat, 18 Januari 2013

MASALAH HAM



Masalah Gerakan Sosial :
Propoganda Kebijakan Peristiwa 1965 Atas HAM Korban Pembantian Massal
 Abror Wiguna
ABSTRAK
Halihwal tentang konstitusionalisme keterbatasan daya dan upaya jaminan hak orang melalui kerangka berfikir untuk mendorong perlindungan hak asasi manusia mendasar pada sistem negara dalam tanggung jawab negara, pentingnya Hak Asasi Manusia (HAM) memenuhi, tidak hanya pada hukum di tekstualitas, tetapi juga pengaruh politik di Indonesia sehingga konsep politik dan hukum bisa diterapkan dengan adil dan tidak ada ketimpangan sosial.
I.      PENDAHULUAN
Tragedi pembantaian 1965 yangs sadis dan kejam, stigma ini menjadikan sejarah komunis Indonesia sebagai sisi gelap sejarah. Kalau bukan pembohongan massal yang dilakukan Orde Baru, propoganda anti komunis/Marxisme-leninisme merambah juga di kalangan Universitas. Juika kita pahami pasal 3 keteapan MPRS Republik Indonesia No: XX/MPRS/1966 yang , mengenai kegiatan mempelajari secara ilmiah dan faham.  Jatuhnya PKI karna tragedi G30S yang dilakukan oleh PKI membuat murka rakyat indonesia dan membuat gerakan menghancurkan PKI sehingga dalam kurun waktu 1965-1966 terjadi pembantaian di seluruh Indonesia, di Jawa, Bali, Sumatra paling besar, keterlibatan PKI dalam penculikan jenderal dan perwira ternayata siasat politik yang dilakukan oleh orde baru.
Setelah Soekarno jatuh dan pemerintahan digantikan menjadi orde baru tidak bisa mengapus kekerasan pada negara yang adil dan jujur. Politik tidak sehat terus saja mewarnai pemerintahan. Di jaman orde baru beberapa peristiwa sengaja tidak dipublikkasikan, keganjalan yang tidak wajar dalam mengambil tindakan keputusan hukum. Tetapi tidak cukup disitu saja, hingga pemerintahan sekarang pun hanya yang memiliki peran dalam pemerintahan yang bisa mendapatkannya, sehingga pengejolakan gerakan-gerakan yang mewarnai dan menginspirasikan rakyat terus dilakukan oleh berbagai kalangan dari mulai mahasiswa hingga pekerja buruh.
 
II.    PEMBAHASAN
A.   Gerakan Paham Komunis 
Faham komunis yang dikeluarkan oleh Marx justru mendapat tanggapan paling besar dari negara industri baru, setelah berkembang yang menjadi pembaharuan hingga menjadi Marxisme. Marx menganggap bahwa partai cukup yang kecil saja tetapi orang-orang komunis yang pintar, dan kapitalisme akan menemui ajal pada puncak perkembangan dan akan digantikan oleh mayarakat komunis sehingga imperialisme dapat memperpanjang nyawa kapitalisme. Dengan ini bahwa sosialisme indentik dengan komunisme. Contoh negara Amerika Serikat indentik dengan kapitalisme maka Rusia identik dengan komunisme. Gagasannya mengenai revolusi ialah bahwa komunisme dapat diselenggarakan di satu negara dulu, yaitu di Uni Soviet, dianggap menyimpang dari ajaran Marx.
Di masa inilah muncul istilah Komunis Internasional (Komintern), dimana Moskow menjadi pusat komunisme. Kebijakan Moskow adalah kebijakan dunia komunis. dari sini timbul masalah yang sangat mendasar. Komunisme muncul sebagai hasil adaptasi lingkungan dari sosialisme. Komunisme tidak dapat kita pandang hanya sebagai sebuah teori atau ideologi saja. Tiap kasus penerapannya harus kita pandang satu per satu. Hanya dengan begitu kita dapat mengetahui komunisme.
1.     Demokrasi Komunis adalah demokrasi yang membatasi agama pada rakyat dengan prinsip agama adalah dianggap candu yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata. Muncul di abad ke-19, yang mana itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingan buruh. Kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Komunis justru membatasi demokrasi pada rakyat dan karenanya komunisme juga anti-liberalisme.
2.    Mendefinisikan rakyat sebagai lapisan yang menurut mereka adalah rakyat miskin dan tertindas di segala bidang kehidupan. Kaum proletar dan buruh akan memimpikan revolusi sosialis melalui wakil-wakil mereka dalam partai komunis.
B.   Orde Lama
Gerakan PKI (Partai Komunis Indonesia)
Semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945, Undang Undang Dasar 1945 memberikan penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Dalam mekanisme kepemimpinannya Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih dari Rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara melalui mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di indonesia.  NASAKOM adalah salah satu bentuk kedekatan PKI dengan Presiden Soekarno, dengan ini mendapat dukungan pula dari masyarakat seluruh Indonesia dan hasil pemilu 1955 menempatkan PKI sebagai suara terbanyak dan PKI merupakan Intrumen komunisme terbesar ketiga di dunia. Dukungan Presiden Soekarno terhadap PKI yaitu penerapan NASAKOM (Nasional, Agama, Komunis) sebagai pilar politik bangsa.
Bermula pada bulan Mei tahun 1914 di Semarang telah lahir Perkumpulan Sosial Demokrasi Indonesia yaitu suatu organisasi politik yang menghimpun intelektual-intelektual revosioner bangsa dengan tujuan menyebarkan pemikiran-pemikiran mengarah ke komunis dikalangan rakyat Indonesia menjadi Partai Komunikasi Indonesia (PKI). Lahirnya PKI merupakan peristiwa yang sangat penting bagi perjuangan kemerdekaan Rakyat Indonesia.
1.     Lahirnya PKI dan perkembangannya tidaklah dapat diperpisahkan dari pengaruh  jaringan Kemenangan Revolusi Oktober Besar yang terjadi di Rusia yaitu Kemenangan Revolusi Oktober Besar di Rusia telah membangkitkan kesadaran rakyat jajahan yang memberi keyakinan bahwa imperialisme jajahan pasti dapat digulingkan, dan akan mendirikan negara yang bebas dan merdekaan. Partai Komunis Indonesia lahir dalam zaman imperialisme yang khas buruh.
2.    PKI dalam bidang seni juga menganut paham sosialis, yaitu sastra manifest dengan tema melawan, menolak, menentang kapitalisme, feodalisme dan menempatkan diri sebagai penentang, penolak, dan pelawan.
Partai Komunis Indonesia adalah salah satu bentuk perjuangan yang menamakan rakyat sebagai objek yang ingin dirubah dan tidak adanya sebuah ketimpangan kelas dimana sudah dijelaskan oleh Marx dalam teorinya. Para pakar sejarah bahwa kontruksi sejarah sangat ditentukan oleh subjektivitas pembuatan narasi suatu sejarah. Akan tetapi berbeda jika ditunggangi suatu kepentingan. Rex Mortimer, dalam bukunya Indonesia Communism Under Sukarno; Ideologi dan Politik 1959-1965. Mengungkapkan fakta sejarah yang telah didistori oleh barat dengan alasan yang notabene antikomunisme.
Tentang peran dan kontribusi politik PKI yang sangat menonjol di era 1950 sampai pertengahan 1960-an. Pertama, jutaan orang Indonesia yang benaung di bawah bendera PKI hanya bisa  mengekspresikan jerit tangis penderitaan yang dialami lantaran menjadi korban perubahan sosial pasca kemerdekaan. Kedua, rencana stabilisasi ekonomi pada tahun 1963, kaum komunis sengaja menciptakan kekacauan ekonomi ditahun-tahun akhir era Soekarno guna mengambil alih kekuasaan. Ketiga, kekhawatiran Barat, menyatakan jika Indonesia menjadi negara Komunis akan membantu dominasi China dan mengancam stanbilitas keamanan negara-negara nonkomunis. PKI juga merangkul orang sekaliber Sukarno untuk mampu merangsek dengan mudah ke parlemen sehingga PKI menjadi partai yang cukup dipertimbangkan dalam kancah nasional kala itu.
Akhir masa demokrasi Terpimpin, PKI memperoleh kedudukan strategis dalam percaturan politik di Indonesia. Kondisi ini diperoleh berkat kepiawaian Dipa Nusantara Aidit dan tokoh-tokoh PKI. Dengan cara inilah PKI berhasil melumpuhkan lawan-lawan politiknya sehingga suatu saat PKI akan dengan mudah dapat melaksakan cita-cita menajdikan negara Indonesia yang berlandaskan atas paham komunis.
C.    Kehancuran Partai komunis Indonesia
Penyajian terhadap terjadinya peristiwa 65, pemimpin TNI-AD di bawah pemimpin Jendral Suharto pada masa yang lalu adalah penghancuran kekuatan PKI dan kekuatan kiri lainnya, membunuhi secara besar-besaran dan jutaan manusia tidak bersalah dalam rangka mendirikan rejim militer Orde Baru yang mengkangi Indonesia selama 32 tahun. Dengan menggunakan Orde Baru pemimpin di bawah Suharto telah selama puluhan tahun mengebiri kehidupan demokratik, menindas kebesaran bersuara dan berorganisasi, mengontrol pers, membungkam suara kritis, memalsu Pancasila, melalui terror berjangka lama, membunuh dan menculik para penentangnya sambil mengeruk kekayaan publik dengan cara-cara berbeda, serta melakukan korupsi dan pencurian.
Perlakuan rejim militer Orde Baru terhadap para korban 1965 beserta keluarga atau sanak-saudara mereka adalah manisfestasi dari kebijakan yang sudah keterlaluan, karena, perlakuan yang mendatangkan bermacam-macam penderitaan terhadap kira-kira 20 juta orang ini sudah berlangsung hampir 40 tahun.
Sejarah punya banyak muka tergantung dari dalangnya yang menceritakan, apalagi masalah peristiwa 1965 yang sampai saat ditutupkan dengan banyak topeng. Tragedi kemanusiaan antara 1 sampai 3 juta orang dibunuh spontan oleh militer dan masyarakat, banyaknya orang  yang hingga saat ini hilang, ribuan orang dipenjarakan tanpa proses pengadilan, ratusan orang yang diluar negeri tidak bisa pulang. Sampai sekarangpun banyak terpisahkan dari keluarganya tanpa tahu nasip saudara-saudaranya. Peristiwa 1965 membuat banyak lusa bagi kalangan yang merasakan umumnya adalah PKI yang notabene sebagai salah satu yang dibantai dan dibunuh warganya.  Jika siapa saja yang mengaku adalah menganut paham komunis atau anggota dari partai komunis akan dihabisi tanpa sisa, pembunuhan ini tidak mengenal laki-laki, perempuan, anak-anak, tua dan muda, pembantaian yang dituang dalam peristiwa 1965 adalah sebuah politik yang dibuat oleh sang penguasa yang memegang peran sebagai aktor dan mengadopsi pereman jalanan sebagai alat yang sangat berguna dan bisa menjaga aksin operasi 1965 pada saat itu.
D.   Pembantaian PKI 1965-1966 di SUMUT (The Act Of Killing)
Keterlibatan Gerakan Pemuda Pancasila
Peristiwa 1965 dapat kita lihat pada sebuah film dokumenter yang dibuat oleh produser bernama Joshua Oppenheimer dan Anonymous. Dengan aktornya adalah salah satu tokoh Pemuda Pancasila yang bernama Anwar Congo dengan judul The Art Of Killing. Dalam film ini sebuah Anwar Congo menceritakan bagaimana dia membantai sebuah massa komunis yang berada di Medan dan Bali yang menemukan cara efesien, praktis, kemanusiaan, tidak memakan terlalu banyak mengeluarkan darah, dan tidak menyiksa.  Pola pembunuhan dengan memakai kawat tipis yang dibentangkan melilit leher dan menariknya kencang-kencang yang akan dibunuh. Tetapi yang perlu ditekankan disini bukan pada bagaimana cara membunuh, tapi dimana letak hak-hak yang pernah menjadi korban pada saat itu. Ditambah pasca Soekarno ke Soeharto sudah sangat jelas sekali ketimpangan yang dilakukan oleh militer agar terwujud rejim Orde Baru dan menenggelamkan Orde Lama yang membawa wangi komunis dan pengalihan penjajahan.
Berdasarkan pengakuan Anwar Congo telah melakukan pembunuhan terhadap anggota dan organisasi sayap PKI dalam kurun waktu 1965-1966. Dengan bangga dan dianggap membunuh dengan kawat adalah prestasi dan ini adalah sebuah tugas negara yang dititipkan melalui Anwar Congo, jadi bagi beliau pembunuhan dan pembantaian 1965-1966 adalah salah satu prestasi yang dilakukan oleh beberapa gerakan-gerakan sosial yang didukung pemerintah.
E.    Muka Dua Orde Baru
Soeharto menggunakan G30/S sebagai dalih untuk merongrong legitimasi Soekarno, yang disebut kudeta merangkak, dilakukan di bawah selubung usaha untuk mencegah kudeta. Aksi G30S itu sendiri disebut sebagai riak kecil di tengah samudera besar revolusi (Nasional Indonesia), sebuah peristiwa yang dapat diselesaikan dengan tenang tanpa menimbulkan guncangan besar terhadap struktur kekuasaan, peristiwa itu merupakan tsunami pengkhianatan dan kejahatan, yang menyingkapkan adanya kesalahan yang sangat besar pada pemerintah Soekarno. Sehingga menuduh Partai Komunis Indonesia (PKI) mendalangi G30S, lalu menyusun rencana pembasmian terhadap orang-0rang yang terkait dengan partai tersebut.
Tentara Soeharto menangkapi satu setengah juta orang lebih semua dituduh terlibat dalam G30S. Dalam salah satu pertumpahan darah dalam abad kedua puluh, ratusan ribu orang dibantai Angkatan Darat dan milisi yang berafilisi dengannya, terutama Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali, dari akhir 1965 sampai pertengahan 1966.
Dengan begitu suasana darurat nasional, tahap Soeharto merebut kekuasaan Soekarno dan menempatkan dirinya sebagai Presiden De Factor dengan wewenang memecat dan mengangkat para menteri sampai maret 1966. Sukar dipercaya bahwa partai politik yang beranggotakan orang sipil dapat memerintah personil militer untuk melaksakan keinginan mereka? Bagaimana mungkin sebuah partai organisasi dengan baik, dengan reputasi sebagai partai yang disiplin tinggi, merencanakan tindak amatiran semacam itu? Mengapa partai komunis yang dipimpin prinsip-prinsip revolusi leninis mau berkomplot dalam Poustch oleh pasukan tentara? Mengapa partai politik yang sedang timbuh kuat di pentas politik terbuka memilih aksi konspirasi? Agaknya tidak alasan lain ke arah sana. Sukar dipercaya bahwa G30S semata-mata dalam tubuh Angkatan Darat karena memang ada bebrapa tokoh PKI yang jelas ikut memimpin G30S bersama bebarapa orang perwira militer.
Peristiwa ini telah menjadikan perdebatan yang tak kunjung reda. Apa perwira militer bertindak sendiri atau menipu beberapa tokoh PKI agar membantu mereka sebab pada saat itu PKI yang mengunakan perwira militer ini sebagai alat pelaksana rencana mereka atau adakah modus semacam modus antara para perwira militer tersebut dengan Soeharto. Benarkah informasi tentang G30S kepadanya dana apah dia terlibat dalam pelaksaan G30S...???
Hal mana belum ada bukti yang jelas menyatakan bahwa PKI pelaku tunggal kudeta yang melakukan penculikan dan membunuh para jenderal Angkatan Darat tersebut. Peristiwa ini bersifat kompleks dan tidak bisa disederhanakan yang dikarnakan puhak yang bermain dalam kelabu terhadap versi dalam dibalik peristiwa 1965 itu. Beberapa pokok tentang keterlibatan Soeharto yang dibahas antara lain sebagai berikut:
a.    Perintah radiogram Soeharto mendatangkan pasukan militer dari daerah dengan peralatan siap tempur untuk siap siaga di Jakarta menjelang gerakan G30S.
b.    Keterdekatan hubungan Soeharto dengan para tokoh kunci G30S seperti, Latief dan Untung serta laporan kolonel Latief kepada Suharto.
c.    Suharto berbohong ketika dia bilang ada "pasukan tak dikenal identitasnya" yang berada disekitar istana negara pada tanggal 1 Oktober 1965.
Banyak ahli sejarah yang menarik kesimpulan, bahwa keterlibatan Suharto dalam G30S dan kemudian menumpasnya dengan dalih untuk melindungi presiden Sukarno, sebenarnya adalah merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan strategi "kudeta merangkak" untuk merebut kekuasaan negara dari Bung Karno, dengan terlebih dulu menyingkirkan dan kekuatan kiri lainnya yang dianggap sebagai penghalang pokoknya. Negara Barat, terutama AS pada waktu itu juga berkepentingan menyingkirkan Bung Karno, karena peranan Bung Karno didunia ketiga (Asia, Afrika dan Amerika Latin) dianggap merugikan kepentingannya, terutama usaha Bung Karno dalam menggalang kekuatan NEFO (New Emerging Forces), yang terdiri dari kekuatan anti imperialis diseluruh dunia menghadapi penindasan dan ancaman dari pihak imperialis yang disebut OLDEFO, terutama imperialis AS. CONEFO atau Conference of Emerging Forces, yang sedianya akan diadakan di Indonesia dan direncanakan akan diikuti oleh wakil-wakil negara Asia, Afrika dan Amerika Latin juga oleh wakil-wakil kekuatan anti imperialis sedunia, gagal dilaksanakan setelah meletusnya peristiwa G30S.
Dalam waktu singkat kegiatan G30S dapat dihancurkan oleh tentara KOSTRAD di bawah pimpinan Jenderal Suharto. Peristiwa selanjutnya adalah maraknya gerakan anti Sukarno dari mahasiswa dan pelajar aliran kanan (KAMI dan KAPI) yang dibelakangnya adalah tentara KOSTRAD- Suharto. Pada tanggal 11 Maret 1966 tiga jenderal utusan Suharto (Brigjen. M.Jusuf, Brigjen. Amirmachmud, Brigjen. Basuki Rahmat) berhasil memaksa Presiden Soekarno untuk menanda tangani Surat Perintah yang terkenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditujukan kepada Mayjen.
Suharto selaku Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu demi pemulihan keamanan dan ketertiban. Dengan Supersemar di tangannya Suharto berhasil melakukan kudeta merangkak, yang bermuara pada penggusuran kekuasaan presiden Soekarno oleh MPR ala Orde Baru di bawah pimpinan Jenderal Nasution. Dari fakta-fakta sejarah tersebut timbul bermacam-macam versi tentang G30S, yang terus berkembang sampai sekarang. Selama 45 tahun ini tidak ada pernyataan pemerintah secara resmi tetang terjadinya pelanggaran HAM berat 1965-66, seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Keadaan yang demikian memberikan bukti bahwa negara telah mengabaikan Pancasila dan UUD 1945 – mengabaikan pelaksanaan tugas dan kewajiban menegakkan hukum dan keadilan, membiarkan terus berjalannya impunitas terhadap pelaku kejahatan kemanusiaan, dan dengan demikian menghindarkan tanggung jawab hukum bagi para pelaku pelanggaran HAM berat 1965-66.
Kondisi tersebut di atas tentu akan menjadi penghalang bagi terjadinya rekonsiliasi nasional, yang sangat diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk pembangunan Indonesia yang demokratik, sejahtera, adil, makmur, aman dan damai. Atas pertimbangan hal-hal tersebut di atas, pertemuan “Peringatan 45 Tahun Tragedi Nasional 1965”, yang diselengarakan oleh organisasi-organisasi masyarakat Indonesia di Negeri Belanda dan didukung oleh para korban pelangaran HAM 1965 di negeri-negeri Eropa, menuntut kepada penyelengara negara. Pemerintah Indonesia agar:
1.        Mengakui bahwa telah terjadi pelanggaran HAM berat 1965-66 (pasca peristiwa G30S), yang mengakibatkan jatuhnya korban yang luar biasa besar jumlahnya tanpa dibuktikan kesalahannya berdasarkan hukum yang berlaku.
2.       Meminta maaf kepada para korban dan keluarganya atas terjadinya pelanggaran HAM tersebut dan atas terbengkalainya penanganan kasuskasus tersebut yang sudah berlangsung 45 tahun.
3.       Segera melakukan kebijakan-kebijakan konkrit untuk menuntaskan kasuskasus tersebut secara adil dan manusiawi.
4.      Bagi para korban yang telah dinyatakan bersalah dalam pengadilan sandiwara rezim Orba diberi rehabilitasi nama baiknya.
5.       Tidak diskriminatif dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penuntsan kasus-kasus pelanggaran HAM pada umumnya dan mencabut semua perundang-undangan yang sifatnya diskriminatif.
Pernyataan tersebut di atas atas nama Panitia Peringatan 45 Tahun Tragedi Nasional 1965 dalam  acara “Peringatan 45 Tahun Tragedi Nasional 1965” yang diselenggarakan selama dua hari berturut-turut di Diemen, di pinggir kota Amsterdam.

F.    Pelanggaran HAM Semasa Orde Baru
Sebuah bahan refleksi bagi diriku pribadi, melihat perjalanan bangsa yang penuh luka dan darah. Catatan berbagai pelanggaran HAM yang terjadi pada tahun 1965 dan masa pemerintahan orde baru yang dituang dalam skema diagram dibawah ini.
TAHUN
PELANGGARAN
1965
·  Penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh Jendral Angkatan Darat.
·  Penangkapan, penahanan dan pembantaian massa pendukung dan mereka yang diduga sebagai pendukung Partai Komunis Indonesia.
·  Aparat keamanan terlibat aktif maupun pasif dalam kejadian ini.
1966
·   Penahanan dan pembunuhan tanpa pengadilan terhadap PKI terus berlangsung, banyak yang tidak terurus secara layak di penjara, termasuk mengalami siksaan dan intimidasi di penjara.
·   Dr Soumokil, mantan pemimpin Republik Maluku Selatan dieksekusi pada bulan Desember.
·   Sekolah- sekolah Cina di Indonesia ditutup pada bulan Desember.
1967
·  Koran-koran berbahasa Cina ditutup oleh pemerintah.
·  April, gereja- gereja diserang di Aceh, berbarengan dengan demonstrasi anti Cina di Jakarta .
·  Kerusuhan anti Kristen di Ujung Pandang.
1969
·  Tempat Pemanfaatan Pulau Buru dibuka, ribuan tahanan yang tidak diadili dikirim ke sana.
·  Operasi Trisula dilancarkan di Blitar Selatan.
·  Tidak menyeluruhnya proses referendum yang diadakan di Irian Barat, sehingga hasil akhir jajak pendapat yang mengatakan ingin bergabung dengan Indonesia belum mewakili suara seluruh rakyat Papua.
·  Dikembangkannya peraturan- peraturan yang membatasi dan mengawasi aktivitas politik, partai politik dan organisasi kemasyarakatan. Di sisi lain, Golkar disebut- sebut bukan termasuk partai politik.
1970
·   Pelarangan demo mahasiswa.
·   Peraturan bahwa Korpri harus loyal kepada Golkar.
·   Sukarno meninggal dalam „tahanan Orde Baru.
·   Larangan penyebaran ajaran Bung Karno.
1971
·  Usaha peleburan partai- partai.
·  Intimidasi calon pemilih di Pemilu 71 serta kampanye berat sebelah dari Golkar.
·  Pembangunan Taman Mini yang disertai penggusuran tanah tanpa ganti rugi yang layak.
·  Pemerkosaan Sum Kuning, penjual jamu di Yogyakarta oleh pemuda- pemuda yang di duga masih ada hubungan darah dengan Sultan Paku Alam, dimana yang kemudian diadili adalah Sum Kuning sendiri. Akhirnya Sum Kuning dibebaskan.
1972
Kasus sengketa tanah di Gunung Balak dan Lampung.
1973
Kerusuhan anti Cina meletus di Bandung .
1974
·  Penahanan sejumlah mahasiswa dan masyarakat akibat demo anti Jepang yang meluas di Jakarta yang disertai oleh pembakaran- pembakaran pada peristiwa Malari. Sebelas pendemo terbunuh.
·  Pembredelan beberapa koran dan majalah, antara lain „Indonesia Raya pimpinan Muchtar Lubis.
1976
·  Invansi tentara Indonesia ke Timor- Timur.
·  Kasus Balibo, terbunuhnya lima wartawan asing secara misterius.
1977
·  Tuduhan subversi terhadap Suwito.
·  Kasus tanah Siria- ria.
·  Kasus Wasdri, seorang pengangkat barang di pasar, membawakan barang milik
·  seorang hakim perempuan. Namun ia ditahan polisi karena meminta tambahan atas bayaran yang kurang dari si hakim.
·  Kasus subversi komando Jihad.
1978
·  Pelarangan penggunaan karakter-karakter huruf Cina di setiap barang/ media cetak di Indonesia.
·  Pembungkaman gerakan mahasiswa yang menuntut koreksi atas berjalannya pemerintahan, beberapa mahasiswa ditahan, antara lain Heri Ahmadi.
·  Pembredelan tujuh suratkabar, antara lain Kompas, yang memberitakan peritiwa di atas.
1980
·  Kerusuhan anti Cina di Solo selama tiga hari. Kekerasan menyebar ke Semarang, Pekalongan dan Kudus.
·  Penekanan terhadap para penandatangan Petisi 50. Bisnis dan kehidupan mereka dipersulit, dilarang ke luar negeri.
1981
Kasus Woyla, pembajakan pesawat garuda Indonesia oleh muslim radikal di Bangkok. Tujuh orang terbunuh dalam peristiwa ini.
1982
·  Kasus Tanah Rawa Bilal.
·  Kasus Tanah Borobudur . Pengembangan obyek wisata Borobudur di Jawa Tengah memerlukan pembebasan tanah di sekitarnya. Namun penduduk tidak mendapat ganti rugi yang memadai.
·  Majalah Tempo dibredel selama dua bulan karena memberitakan insiden terbunuhnya tujuh orang pada peristiwa kampanye pemilu di Jakarta.
·  Kampanye massa Golkar diserang oleh massa PPP, dimana militer turun tangan sehingga jatuh korban jiwa tadi.
1983
·  Orang- orang sipil bertato yang diduga penjahat kambuhan ditemukan tertembak secara misterius di muka umum.
·  Pelanggaran gencatan senjata di Tim- tim oleh ABRI.
1984
·  Berlanjutnya Pembunuhan Misterius di Indonesia.
·  Peristiwa pembantaian di Tanjung Priuk terjadi.
·  Tuduhan subversi terhadap Dharsono.
·  Pengeboman beberapa gereja di Jawa Timur
1985
Pengadilan terhadap aktivis-aktivis islam terjadi di berbagai tempat di pulau Jawa.
1986
·  Pembunuhan terhadap peragawati Dietje di Kalibata. Pembunuhan diduga dilakukan oleh mereka yang memiliki akses senjata api dan berbau konspirasi kalangan elit.
·  Pengusiran, perampasan dan pemusnahan Becak dari Jakarta.
·  Kasus subversi terhadap Sanusi.
·  Ekskusi beberapa tahanan G30S/ PKI.
1989
·  Kasus tanah Kedung Ombo.
·  Kasus tanah Cimacan, pembuatan lapangan golf.
·  Kasus tanah Kemayoran.
·  Kasus tanah Lampung, 100 orang tewas oleh ABRI. Peritiwa ini dikenal dengan
·  dengan peristiwa Talang sari.
·  Bentrokan antara aktivis islam dan aparat di Bima.
·  Badan Sensor Nasional dibentuk terhadap publikasi dan penerbitan buku.
·  Anggotanya terdiri beberapa dari unsur intelijen dan ABRI.
1991
Pembantaian di pemakaman Santa Cruz, Dili terjadi oleh ABRI terhadap pemudapemuda Timor yang mengikuti prosesi pemakaman rekannya. 200 orang meninggal.
1992
·  Keluar Keppres tentang Monopoli perdagangan cengkeh oleh perusahaan-nya Tommy Suharto.
·  Penangkapan Xanana Gusmao.
1993
Pembunuhan terhadap seorang aktifis buruh perempuan, Marsinah. Tanggal 8 Mei
1993
1994
Tempo, Editor dan Detik dibredel, diduga sehubungan dengan pemberita-an kapal
perang bekas oleh Habibie.
1995
·  Kasus Tanah Koja.
·  Kerusuhan di Flores.
1996
·  Kerusuhan anti Kristen diTasikmalaya. Peristiwa ini dikenal dengan Kerusuhan
·  Tasikmalaya. Peristiwa ini terjadi pada 26 Desember 19962. Kasus tanah Balongan.
·  Sengketa antara penduduk setempat dengan pabrik kertas Muara Enim mengenai pencemaran lingkungan.
·  Sengketa tanah Manis Mata.
·  Kasus waduk Nipah di madura, dimana korban jatuh karena ditembak aparat ketika mereka memprotes penggusuran tanah mereka.
·  Kasus penahanan dengan tuduhan subversi terhadap Sri Bintang Pamung-kas berkaitan dengan demo di Dresden terhadap pak Harto yang berkun-jung di sana.
·  Kerusuhan Situbondo, puluhan Gereja dibakar.
·  Penyerangan dan pembunuhan terhadap pendukung PDI pro Megawati pada tanggal 27 Juli.
·  Kerusuhan Sambas–Sangualedo. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 Desember 1996.
1997
·  Kasus tanah Kemayoran.
·  Kasus pembantaian mereka yang diduga pelaku Dukun Santet di Jawa Timur.
1998
·  Kerusuhan Mei di beberapa kota meletus, aparat keamanan bersikap pasif dan membiarkan. Ribuan jiwa meninggal, puluhan perempuan diperkosa dan harta benda hilang. Tanggal 13 – 15 Mei 1998.
·  Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa Trisakti di jakarta , dua hari sebelum kerusuhan Mei.3. Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa dalam demonstrasi menentang Sidang Istimewa 1998. Peristiwa ini terjadi pada 13 – 14 November 1998 dan dikenal sebagai tragedi Semanggi I.
1999
·  Pembantaian terhadap Tengku Bantaqiyah dan muridnya di Aceh. Peritiwa ini terjadi 24 Juli 1999. Pembumi hangusan kota Dili, Timor Timur oleh Militer indonesia dan Milisi pro integrasi. Peristiwa ini terjadi pada 24 Agustus 1999.
·  Pembunuhan terhadap seorang mahasiswa dan beberapa warga sipil dalam demonstrasi penolakan Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB). Peristiwa Ini terjadi pada 23 – 24 November 1999 dan dikenal sebagai peristiwa Semanggi II.

Bukti yang tertera dalam pelangaran yang dialami di Indonesia dari tahun ketahun, mengapa semua ini seolah-olah redup oleh hukuman yang tak pantas dan manipulasi hukum yang terjadi. Sehingga apa yang didapat pada kondisi yang dirugikan dan bagaimana jalannya hukum yang berlaku pada setiap kejadian peristiwa demi peristiwa. Runtuhnya orde baru pada Mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia yaitu mayarakat mengharapkan suatu perubahan yang mengarah lebih baik. Pancasila sebagai ideologi negara dan demokrasi  sebagai sistem pemerintahaan yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumbah darah Indonesian dalam perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pada masa era reformasi adalah pemberian wewenang, masa orde baru mutlak kewenangan ditangan pemerintah pusat, meskipun sistem desentralisasi dalam pemerintah dinilai sudah baik untuk suatu negara yang luas wilayah dan majemuk penduduknya.
Perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokrasi berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Gerakan reformasi lahir atas dukungan seluruh rakyat Indonesia sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan, dimana krisis kepercayaan telah menajdi salah satu indikator yang menentukan. Pemerintah Soekarno yang sangat otoriter dengan demokrasi terpimpinnya akhirnya melalui proses yang tidak normal menyusul Gerakan 30 September 1965. Pada awalnya orde baru dapat menampilkan pemerintahan yang demokratis tetapi ternyata hal itu hanya berlangsung kira-kira selama 3 tahun yakni selama pemerintah baru ini menyiapkan format politik baru melalui penyusunan Undang-undang bidang politik. Hal yang buruk terjadi dalam pelayanan publik, seperti pertanggung jawaban atau akuntabilitas yang belum baik, transparasi yang kurang maksimal, sikap indisipliner aparatur birokrasi, dan pengenanaan biaya dinamis dalam penyelesaian kepentingan publik, dapat menimbulkan gesekan-gesekan pun tindakan-tindakan separatis di dalam masyarakat yang merasa kurang puas puas dalam pelayanan publik.
III
.       SIMPULAN
Jika dibandingkan pertimbangan mengenai G30S yang sudah menyebabkan kematian akibat pembantaian orang PKI dalam peristiwa ’65. Dalam hal-hal politik ada banyak propaganda tentang tindakan-tindakan PKI, sulit membedakan siapa yang benar dan yang salah. PKI dikambinghitamkan untuk kudeta G30S oleh Soeharto, kudeta yang menggulungkan Soekarno, Soeharto memakai PKI sebagai alat untuk menyakinkan Soekarno dengan cara menciptakan suasana kebencian kepada PKI dengan kampanye kebohongan. PKI dan Gerwani tidak melakukan penyiksaan secara seksual atau perkosaan oleh orang-orang yang menuduh mereka. PKI disalahkan untuk G30S yang dinamakan “Gestapu” dan tentara-tentaranya. 
 Ternyata Soeharto menanamkan orang lain, dia langsung melaksanakan pembunuhan massal sehingga begitu besar dan cepat bahwa dia adalah salah satu dari sedikit pemimpin di seluruh dunia yang bisa dibandingkan secara benar dengan Hilter dan orang-orang Nazi. Soeharto dan AD melukiskan sendiri sebagai penyelamat Indonesia dari kekerasan dan kekacauan padahal mereka yang menyebabkan kekerasan yang disebabkan oleh PKI. Gagasan ini membuat PKI dianggap oleh musuh-musuhnya bersekongkol dengan kekuasaan asing dengan kekuasaan asing yang imperialis yaitu Cina. Tetapi sejarah memperlihatkan bahwa Soeharto dan persekongkolan dengan kekuasaan asing imperialis yang paling besar yaitu AS.
 PKI itu semakin populer dengan penduduk Indonesia dan dengan Soekarno oleh kekuasaan yangn ada ditingkat nasional AD dan partai-partai politik lain juga membenci PKI karena alasan yang sama, uang dan kekuasaan. Oleh karena Soekarno orang nasionalis dan menolak rencana AS untuk Indonesia, AS membenci Soekarno dan menolak renacana AS untuk Indonesia. Pada waktu terjadi G30S apakah itu direncanakan oleh Soeharto dan AS atau G30S memberi Soeharto untuk mengambil kekuasaan.
Soeharto membuat pertengkaran militer G30S dan melanjutkan pengkambinghitaman tersebut sepanjang Orba, walaupun kebanyakan sudah dibunuh atau dipenjara. Keputusan atas perintah atau izin untuk membunuh berasal dari kekuasaan yang paling tinggi di seluruh dunia, pemerintah AS kepada Soeharto lalu meneruskan perintah untuk membunuh PKI kepada pemimpin-pemimpin gerakan yang dianggap musuknya PKI, serta politik dan media massa. Serentak atas perintah itu kepada pemimpin-pemimpin gerakan massa tersebut kedalam kelompok-kelompok muda yang disertai senjata dan semua penduduk Indonesia melalu kampanye kebohongan.
Gerakan-gerakan PKI yang dilakukan dalam G30S dan menculik 7 jenderal adalah benar atau apakah siasat cerdik Soeharto dalam memenangkan orde baru ada kaitannya dengan AS, lalu tiba-tiba Soeharto menjadi pahlawan dalam penyelamatan negara Indonesia, jika dibandingkan Soeharto dengan Hitler ternyata tidak jauh berbeda. Banyak hal yang tidak ada bukti yang akurat dan bisa diambil sebagai sebuah proses hukum dan HAM. Banyaknya propoganda hukum HAM yang diciptakan dipemerintahanan Orba selama 32 tahun dan meninggalkan hutang kepada negara asing.
Jika dari dua sudut logika, Bung Karno sama sekali tidak mendapat keuntungan dari peristiwa berdarah ini. Justru beliau bisa berdiri diatas segala kelompok di Indonesia karna mengimbangi kelompok satu dengan yang lain. Dari sudut PKI, saya merasa selain dari paktor trauma-48, PKI pada waktu 1965 cukup sikses dalam politiknya yaitu politik damai. Dimana justru karena mereka tidak mngambil jalan seperti perang gerilya, dsb. Mereka memakai sistem strategi sipil yang mengarah supaya politik tetap politik normal bukan politik bersenjata/bedil.
Banyak yang aneh saya rasa dalam G30S, pengumuman G30S tidak mungkin disusun oleh tokoh-tokoh PKI yang cukup pegalaman dalam bidang politik. Contoh, yang dikatakan Dewan Revolusi yang diumumkan G-30-S, itu suatu Dewan yang sama sekali tidak masuk di akal. Karena banyak tokoh-tokoh yang penting, seperti Ali Sastroamidjojo, yang tidak masuk. Tapi banyak tokoh-tokoh yang hampir tidak dikenal namanya justru masuk, yang lebih meyakinkan lagi, adalah pengumuman dari Untung kepada sesama tentara, bahwa mulai saat itu tidak akan ada lagi pangkat dalam tentara yang lebih tinggi dari pangkatnya Letkol Untung sendiri. Sampai sekarang sama sekali tidak ada bukti bahwa Bung Karno ada di belakangnya.
Masalah PKI lebih ruwet. Setelah tahun 66 ada beberapa data yang masuk seolah-olah ada orang PKI yang terseret. Dalam persidangan Mahmilub Sudisman pada tahun 1967[19], dan mendengar pidato uraian tanggung jawabnya. Dalam pengadilan itu yang dinamakan Ketua Biro Khusus yaitu si Kamaruzaman, atau Syam, nongol sebagai saksi. Bagaimanapun Syam ada hubungan langsung dengan pimpinan PKI. Jadi apa ada sebagian dari orang-orang PKI ikut-ikutan, apa ada sebagian dari PKI yang dibodohin oleh kelompok ini-itu, masih tidak jelas. Jadi saya tidak bisa mengatakan bahwa sama sekali PKI tidak ada sangkut pautnya.
Tapi saya masih tetap berpendapat mereka bukan pencipta utama G-30-S. Fakta bahwa apa yang terjadi di Jawa Tengah sampai sekarang 100% ditutupi oleh versi resmi. Ini aneh. Karena nggak ada pengadilan, nggak ada cerita apa yang terjadi di Semarang. Terus kesatuan-kesatuan utama yang ikut gerakan di Jakarta itu sebagian besar juga dari Diponegoro, pembantaian yang dilakukan berbagai kelompok diseluruh Indonesia yaitu Bali,  Jawa yang dilalukan oleh simpatisan aliran, santri jawa mencari anggota PKI diantara orang Jawa yang berimbasn kepada yang bukan PKI, seperti PNI kiri dibunuh dan sisanya dituduh. Sumatra, tindakan gerakan penghuni liar kampanye melawan bisnis asing di perkebunan di Sumatra hingga terjadi meletusnya pembantaian para anggota PKI, dalam pengakuan seorang pelaku tindakan pembantaian dalam film “The Act Of Killing”.
IV.      OPINI PENULIS
Peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan sejarah panjang yang dilakukan oleh berbagai kepentingan oknum untuk mendapatkan semua yang diinginkan, tragedi yang menewaskan banyak orang dan pembantaian dimana-mana ternyata semata-mata untuk memenangkan orde baru dan mengeser orde lama agar terwujud.
 Tindakan kekerasan bukan budaya asli Indonesia, tetapi sejak 1965 hingga sekarang mengapa masih terus meningkat, kekerasan terjadi dalam kehidupan yang bermula dari hal yang paling kecil hingga yang besar. Jika kita bandingkan dengan dahulu dikala bangsa kita mengalami ketimpangan politik pada tahun 1965 ternyata adalah salah satu proses yang memang sudah dipersiapkan. Orde lama yang jatuh dan menangnya orde baru membuat tidak hanya merubahan politik, berbagai kebijakan keputusan ternyata meninggalkan luka lama bagi bangsa Indonesia. Hukum yang terjadi pada korban pembantaian hingga sekarang tidak dapat dibuktikan dengan jelas, mungkin pada saat itu pembantaian di seluruh Indonesia dari tahun 1965-1966 rencana kehancuran orde lama dan bangkit orde baru. Hak Asasi Manusia (HAM) di negara kita nampaknya harus di benahi lagi bukan hanya bicara tetapi realisasinya, karna kita tidak butuh ucapan ceramah seperti opini dan wacana pemerintah melalui pidato presiden tetapi kerja yang nyata. Sudah cukup rakyat Indonesia menjadi korban imprealis dan kapitalis. Kami butuh seorang yang berjiwa mulia dan berahlak baik serta iman yang suci, bukan Kia atau penceramah yang dari golongan agama tetapi bukti.
Umumnya sebuah gerakan sosial yang ada di Indonesia haruslah menajdi gerakan yang sehat dan mensejahterakan inspirasi rakyat dan bukan keinginan kepentingan semata pemimpin tetapi menciptakan masyarakat yang pandai dan terampil dalam memanfaatkan kesempatan dan negara yang adil, sejahtera, makmur, dan beradab, sehingga dengan bentuk rakyat yang majemuk bisa menjadi satu dan sama-sama membangun bangsa Indonesia kita yang tercinta.
Mungkin jika semua ini bisa terwujud maka nampak tidak akan terjadi gerakan-gerakan sosial dikarnakan semua inspirasi rakyat sudah terwujud, dan tercipta bangsa yang adil, sejahtera, makmur dan terlepas dari politik tidak sehat. Intinya penanaman nilai dan mejunjung tinggi nilai dasar negara Indonesia akan tetap dipegang luhur oleh setiap indiviu-individu bangsa, nilai dan norma agama dan keteraturan ideologi bangsa bisa terwujud kesetiap anak bangsa.
Buka lembaran baru dan tinggalkan masa lalu, peristiwa-peristiwa yang memakan korban banyak biar mejadi sejarah yang perlu kita benahi dari sekarang. Benahi semua bentuk dimulai dari hal yang paling kecil hingga paling besar lalu buat semua ini menajdi terwujud.sehingga tidak akan ada bangsa yang miskin dan bodoh, agar tidak dibanding bangsa yang bodoh dan tuli. Dimulai dari pendidikan, dikarnakan dari sini anak bangsa di bentuk hingga mendapatkan ilmu yang benar-benar bermanfaat bagi dirinya dan bangsa, lalu keparlemen pemerintahan yang semala ini kita anggap dalam kebohongan dari keputusan tindakan hukum yang tidak sehat. Agar rakyat tidak salah dalam memilih siapa yang pantas pemimpin kita nantinya.

V.   Sumber Rujukan:
Buku
1.     Nadiroh, cetakan pertama 2007. Prospek dan Tantangan Civilb Society di Indonesia. Pustaka Keluarga
2.    Abdul Wahib Situmorang. 2007. Gerakan Sosial, Studi Kasus Beberapa Perlawanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
3.    Rakhmat Hidayat. Pengantar Sosiologi Kurikulum.Raja Grafindo Persada. Cetakan ke-1, september2011
4.    Darsono. Karl Marx, Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Diadit Media, Jakarta 2006
5.    Suwarsono, Alvin Y.So. Perubahan Sosial dan Pembangunan. LP3ES. Febuari 2006. Edisi Revisi
6.    Damsar. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta 2011. Edisi Pertama, cetakan ke 2
7.    Moh.Mahfud MD, Amandemen Konstitusi Menuju Reformasi Tata Negara,Ctk. Pertama,UII Press,Yogyakarta, Agustus 1999

Sumber Lain
1.     Jurnal Lisma Rusmin
2.    Jurnal Komuniksi
3.    Jurnal Hukum
4.    Www.kompas.com
5.    www.tempo.com
6.    www.google.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar