Selasa, 22 Januari 2013


PERUBAHAN BUDAYA :
INTERAKSI SIMBOLIK REMAJA MASA KINI
(studi kasus: Hilangnya Budaya Nasional Mengarah Kebudayaan Korea)
Abror Wiguna



Abstrak

Gaya dan pengembangan anak-anak muda jaman yang sudah mulah ke arah yang lebih maju membuat kalangan muda mulai mengikuti trend yang mengguming pada style dan akhirnya sampai mengikuti dari mulai busana hingga tingkah laku bahkan sampai lingkup sebuah kelompok. Di kalangan remaja saat ini suatu gejala yang membuat penulis tertarik untuk meneliti baik secara psikologi, kultural, maupun sosiologis. Dimana sebuah proses indentifikasi style gaya Korea yang membuat kalangan muda Indonesia mengalami perubahan kebudayaan di mulai anak-anak hingga kalangan orang dewasa. Kilasan melalui media massa proses gaya anak muda Korea dan cuplikan drama dan musik mulai banyak ditiru oleh anak muda di Indonesia. Mead mengatakan bahwa interaksional kearah gaya dan tindakan saling pengaruh mempengaruhi menjadi sebuah perubahan demi perubahan kearah kebudayaan yang menjadi signifikan yang diakibatkan adanya konsumsi baru dalam gaya. Sekarang ini sedang ramai bahwa setiap gaya yang baru menjadi dominan yang akan membuat kultur yang ada dikalangan anak muda dan membuat mereka seolah-olah adalah sebuah karya dan ini menjadi trend masa kini.


Latar Belakang
                Pengembangan suatu kebudayaan yang pada dasarnya sama dengan kebudayaan kelompok-kelompok yang ada kearah beberapa sifat pada gaya dan jenis peninggalan yang telah berubah dari jaman dulu menjadi trend jaman sekarang.[1] Kebudayaan mengutamakan pada nilai-nilai dan ilmu, teknologi dan ekonomi kekuasaan atau solidaritas yang bersifat vertikal dan horizontal. Mulai dari alat musik dapat sebagai citra untuk mengekspesikan yang saat ini banyak digandrungi remaja Indonesia. Mulai dari aktor (penyayi), lagu-lagu yang hits, sampai pola perilaku sang artis. Hal tersebut menarik perhatian remaja Indonesia untuk mengidentifikasi sang idola.
Proses identifikasi yang didapat sehingga mereka rela mengorbankan waktu bahkan ekonomi yang cukup besar untuk bisa melihat langsung sang pujaan yang mereka idolakan, dampak yang terjadi membuat mereka merubah gaya rambut, busana, bahkan dari cara bicara yang tertanam di tiap-tiap jiwa anak muda sekarang. Gaya yang signifikan membuat mereka menjadi apa yang ada di dalam idolanya sehingga gaya itu menjamur sampai anak-anak hingga orang dewasa.
K Pop yang saat ini banyak digandrungi remaja Indonesia. Melalui media meliput para remaja merubah gaya penampilan pun menjadi salah satu ajang paling trendi dengan cara berdandan mirip  artis idola merupakan suatu kebanggan. Modern adalah satu kata menunjukan bahwa seseorang berada di era masa kini, gaya style model-model artis Korea yang saat ini popular di kalangan remaja secara tidak sengaja mendorong terjadinya alkulturasi antara budaya masyarakat Indonesia dan ke-Korean. Tampil berbeda dan penuh warna merupakan salah satu khas gaya artis Korea, hal ini dapat kita lihat dari proses indentifikasi boy band ala Korea (SUJU) dan boy band ala Indonesia (SMASH) atau model gaya rambut, berpakaian ala Cerry Bell. Berberapa tingkah laku, cara menari, dan berpakaian pun menjadi sorotan utama media untuk memberikan informasi seputar style artis-artis dari Korea ataupun artis Indonesia ala Korean.
Terjadi proses penyamaan atau transfer nilai-norma kebudayaan Korea menjadi kebudayaan remaja Indonesia, interaksi kontak secara tidak langsung melalui media internet, televisi, surat kabar memudahkan para remaja khususnya. Keadaan inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengetahui seberapa jauh style Korea dinikmati para remaja Indonesia dan seberapa jauh pengembangan budaya yang sudah mulai berubah dari budaya lama kearah budaya Korea yang sekarang anak muda Indonesia dengan demam terhadap budaya Korea.

Sejarah Singkat Aliran K Pop Korea
Pada tahun 1930-an akibat masuknya musik pop Jepang. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pengaruh musik pop barat mulai masuk dengan banyaknya pertunjukkan musik yang diadakan oleh pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan. Pada tahun 1970-an, musik rock diperkenalkan di tahun 1992 awal mula musik pop moderen di Korea yang memberi warna baru dengan aliran musik rap, rock, techno Amerika. Musik pop dekade 90-an cenderung beraliran dance dan hip hop. Pasar utamanya adalah remaja sehingga dekade ini, aliran musik R&B serta Hip-Hop yang berkiblat ke Amerika mencetak artis-artis yang cukup sukses di Korea dan dunia.[2]

Pergeseran Kebudayaan
Derasnya arus globalisasi dalam bidang ekonomi, politik, budaya, dan sosial saat ini membuat negara untuk melakukan berbagai upaya agar bisa bertahan dan tidaka ada satupun negara yang tidak merasakan arus dari globalisasi. Negara di hadapkan dengan kondisi yang harus mengikuti fenomena globalisasi yang mana sudah terhipnotis oleh fenomena Korean yang muncul dan K-Pop sebagai ladang bisnis. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang dimiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan dan bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang termakan kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. Ada empat pandangan mengenai perubahan kebudayaan global yaitu:
1.    Positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa yang toleran dan bertanggung jawab.
2.    Pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut adalah bentuk penjajahan barat yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan.
3.    Tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau hanya diperbesar-besarkan saja.
4.    Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis, namun mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkat keberadaan konsep ini.

Pop Korea pra-modern pertama kali muncul akibat musik pop Jepang yang mempengaruhi unsur-unsur mengikuti perkembangan budaya pada saat ini.  Berbagai artis Korea mengangkut kesuksesan di dunia internasional, kemudian artis-artis berlomba-lomba agar pasar musik Korea bisa trend di dunia. Artis pertama yang mengadakan konser internasional bertajuk Rainy Day 2005 Tour, di Madison Square Garden. Boyband Korea Indonesaia sendiri , seiring dengan drama Korea yang semakin diterima publik Indonesia, muncul pula kegemaran akan grup musik pria (boyband) maupun wanita (girlband) seperti grup musik. Sejak itu penggemar K-Pop dan drama Korea mulai umum dijumpai. Selain itu semakin bermunculan grup vokal pria maupun wanita di Indonesia yang hendak meniru K-Pop seperti, grup musik XOIX, Cherry Belle, Hitz, Dragon Boyz, dan sebagainya.
Musik Korea berhasil menghipnotis telinga dan mata remaja di berbagai penjuru dunia, takkecuali di Indonesia. Kedashsyatan pesona penyanyi dengan gerakan-gerakan dinamis telah menyihir jutaan pemirsa televisi manapun secara live ketika mereka sedang menggung. Indonesia benar-benar demam K-Pop telah mendorong lahirnya sebuah fenomena fanatisme dimana para pesohor dari negeri ginseng tersebut menjadi kiblat dalam berperilaku bagi remaja dan generasi muda di Tanah Air.  Tidak sedikit dari mereka yang rela melancong ke negeri yang berada di Semenanjung Asia Timur itu hanya untuk menonton konser artis idola dan berbelanja pernak-pernik berlabel“made in Korea”.
Gaya Korea benar-benar telah merubah gaya hidup dan jadwal kegiatan anak dan remaja sehari-hari. Di saat mereka bangun tidur dari kamar mereka sudah terdengarl agu K-Pop. Terkadang para orang tua juga ikut tergila-gila pada Korea sampai rela mengorbankan waktu beristirahatnya demi menonton show Korea atau sinema/drama Korea di internet maupun televisi. Seakan takut “berdosa” ketinggalan berita terbaru mengenai K-Pop, sampai aktivitas sehari-hari seperti makan pun dilakukan di depan laptop atau televisi. K-Pop menjadi medan magnet baru gaya hidup.
 K-Pop telah menjadi trendsetter yang diikuti anak-anak muda, bukan hanya aliran musiknya, namun juga gayanya berpakaian. Bisa dikatakan, Korean Wave menjadi bentuk nyata keberhasilan pemerintah Korsel melakukan inflitrasi budaya di berbagai negara ditengah derasnya arus globalisasi budaya Barat.Namun, menjadikan budaya Korsel terkenal di seluruh dunia tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Semua itu bermula pada
20tahun
lalu, ketika pemerintah Korsel merancang sebuah Korea masa depan, dengan budayanya yang digandrungi banyak orang di dunia.
 Pada tahap ini masyarakat mulai mengkonsumsi apa yang menjadi tindakan seorang aktor. Konsumsi tersebut dapat dilihat dengan proses pengindentifikasian beberapa ciri-ciri yang sama dengan sang idola. Proses penyamaan ini kemudian menjadi tingkat konsumsi masyarakat indonesia dalam berprilaku ataupun melakukan tindakan. Gelaja globalisasi membuat informasi tanpa batas,  melalui proses ini seseorang dapat dengan mudah mendapatkan berbagai informasi dari berbagai belahan dunia.
Bisnis K-Pop benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah Korsel untuk membangun perekonomian domestik disamping terus mengglobalkan budaya Korea.Tidak hanya itu, pemerintah Korea sangat jeli melihat peluang agar budaya negaranya menjadi terkenal, termasuk menyatukan olah raga beladiri tradisional menjadi satu wadah yang bernama Taekwondo pada tahun 1954. Dengan cepat, olahraga ini menjadi terkenal di seluruh dunia, bahkan menjadi cabang olahraga yang resmi dipertandingkan di Olimpiade.
Proses peniruan tersebut kemudian membuat sebuah persepsi, aktor melihat impuls dari luar kemudian persepsi melibatkan rangsangan yang baru masuk melalui citra dan menimbulkan stimulus yang baru. Proses peniruan kemudian membuat persepsi masyarakat bahwa gaya sang artis merupakan gaya trendi masa kini, hal ini dapat kita lihat dari adanya proses penyamaan acara yang ada di Korea dengan acara televise yang ada di Indonesia. Hampir seluruh band-band baru menampilkan gaya mirip artis-artis Korea. Mereka menjiplak cara berpakaian yang sama senada, model rambut, dan beberapa aksesoris artis misalnya kalung, tas, sepatu dan topi.
Keberadaan drama-drama Korea berseri yang ditanyangkan di stasiun swasta Indosiar dapat kita amati berawal dari adanya tanyangan drama taiwan F4 Meteor Garden suksesnya film ini di Indonesia membuat perfiliman drama berseri menjadi salah satu tayangan yang digemari masyarakat Indonesia. 

Interaksionisme Simbolik
                Interaksionisme simbolik yang akan diangkat adalah teori menurut George H. Mead tentang tindakan.[3] Mind menjelaskan bahwa tindakan sebagai “unit primitif” dalam memusatan perhatian tentang behavioris penekannya pada rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response). Mind  mengidentifikasi empat basis  dan tahap tindakan yang saling berhubungan. keempat tahap itu mencerminkan satu kesatuan organik (saling berhubungan secara dialektis).
Pertama, Implus yaitu dorongan hati/implus (impulse) yang meliputi “stimulus/rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera” dan reaksi aktor terhadap rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu tehadap rangsangan itu. Rasa lapar adalah contoh yang tepat dari impuls. Aktor (binatang maupun manusia) secara spontan dan tanpa pikir memberikan reaksi atau implus, tetapi aktor manusia lebih besar kemungkinannya akan memikirkan reaksi yang tepat (misalnya, makan sekarang atau nanti).  Dalam berfikir tentang reaksi, manusia tidak hanya mempertimbangkan situasi kini, tetapi juga pengalaman masa lalu dan mengantisipasi akibat dari tindakan di masa depan.
Kedua, Persepsi (perception). Aktor menyelidiki dan bereaksi terhadap rasangan yang berhubungan dengan implus, dalm hal  ini rasa lapar dan juga berbagai alat yang tersedia untuk memuaskannya. Manusia mempunyai kapasitas untuk merasakan dan memahami stimulus melalui pendengaran, senyuman, rasa, dan sebagainya.Persepsi melibatkan rangsangan yang baru masuk maupun citra maupun citra mental yang ditimbulkannya. Aktor tidak secara sempontan menanggapi situmuli dari luar, mereka juga secara aktif memilih ciri-ciri rasangan dan memilih diantara sekumpulan rangsangan. Artinya sebuah rangsangan mungkin mempunyai beberapa dimensi dan aktor mampu memilih diantaranya. Aktor biasanya berhadapan dengan banyak rangsangan yang berbeda dan mereka mempunyai kapasitas untuk memilih yang mana perlu diperhatikan dan yang mana perlu diabaikan.
Ketiga, Manipulasi (Manipulation). Langkah selanjutnya adalah memanipulasi objek atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek. Manusia mempunyai keuntungan lain ketimbangan binatang, seperti mempunyai otak sebagai menanggapi ilmu pengetahuan. Tahap manipulasi merupakan tahap jeda yang penting dalam proses tindakan agar tanggapan tak diwujudkan secara spontan. Seorang manusia yang lapar melihat cendawan, tetapi sebelum memakannya ia mungkin mula-mula memunggutnya, menelitinya, dan memeriksanya lewat buku petunjuk untuk melihat apakah jenis cendawan itu boleh dimakan. Sebaliknya, binatang mungkin langsung memakan cendawan itu tanpa perlakukan memeriksanya (dan pasti tanpa membaca tentang jenis cendawan). Memberi sela waktu dengan memperlakukan objek, memungkinkan manusia merenungkan berbagai macam tanggapan. Dalam memikirkan mengenai apakah akan memakan cendawan itu atau tidak, baik masa lalu maupun masa depan dilibatkan. Orang mungkin berpikr tentang pengalaman masa lalu ketika memakan jenis cendawan tertentu yang menyebabkan mereka sakit, dan memungkinkan kesakitan di masa depan atau bahkan kematian yang dapat menyertai karena memakan cendawan beracun. Perlakukan terhadap cendawan menjadi sejenis metode ekspiremen di mana  aktor secara mental menguji berbagai macam hipotesis tentang apakah yang akan terjadi bila cendawan itu dimakan.
Keempat, Konsumasi/tahap pelaksanaan (Consummation), atau mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya. Baik manusia maupun binatang mungkin memakan cendawan, tetapi manusia lebih kecil kemungkinana memakan cendarawan beracun karena kemampuannya untuk memanipulasi cendawan dan memikiran (dan membaca) mengenai implikasi dari memakannya. Binatang tergantung pada metode trial and error  dan ini adalah metode yang kurang efesien ketimbang kemampuan manusia untuk berfikir melalui tindakannya.
Demam Korea dikalangan remaja dapat kita ambil dari penjelasan Mead di atas, awalnya dari interaksi yang diperankan oleh beberapa artis Indonesia yang menirukan gaya Korea membuat masyarakat meniru dan mencoba mengambil peran dengan apa yang dilihat dari layar televise. Awalnya menyukai drama sinetron kemudian menyukai aliran music K Pop dan saat ini meniru style ala korea. Berikut penuturan HY seorang siswa SMA yang sangat mencintai musik Korea.

Pembahasaan               
Peniruan kebudayaan yang terjadi di kalagan anak muda masa kini membauat hal baru bagi banyak hal seperti K-Pop ke-Korean yang membuat perubahan kebudayaan pada anak muda hingga anak-anak. Ini menjadi jelas, bahwa aetiap yang baru megakibatkan sebuah proses dorongan hati/implus (impluse) yang meliputi stimulus atau rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi aktor terhadap rangsangan kebutuhn untuk melakukan sesuatu terhadap rangsangan itu . sehingga manusia mempunyai kapasitas untuk merasakan dan memahami stimulus melalui pendengaran, senyuman, rasa, dan sebagainya. Hal ini juga berakibat pada manipulasi, langkah selanjutnya adalah memanipulasi objek atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek.
Kebudayaan  Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi sangat membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Banyak faktor yang menyebabkan budaya dilupakan dimasa sekarang ini, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya identitas bangsa dan dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Sekarang adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa. Banyak banyak faktor yang mempengaruhi perubahan salah satunya kemajuan teknologi, walau dari faktor ini banyak manfaatnya tetapi dengan merubah alat-alat yang tradisional mejadi lebih modern, sumber kedua dengan masuknya budaya asing menjadi tantangan tersendiri agar identitas budaya tetap terjaga.

Arus Glabalisasi Mempengaruhi Pergeseran kebudayaan
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju dan membaurkan antara pandangan subjektif tentang nilai dan tujuan akhir perubahan-perubahan menuju masyarakat modern, merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.[4]
Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga.
Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.
Berkembangnya budaya pop Korea di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia menunjukan adanya transformasi budaya asing ke negara lain. Dalam konsepsi budaya populer yang berada menunjukan kekongkretannya yang terwujud dalam artifat-artifat budaya seperti lagu, drama, film, musik, program televisi, makanan, dan bahasa. Sedangkan dimensi abstrak yang berupa nilai, norma, kepercayaan, tradisi, makna, terkandung secara tidak langsung dalam artifak budaya tersebut. Berkaitan dengan Asian Fans Club, budaya pop Korea yang diterima kelompok penggemar di Indonesia masih terbatas pada dimensi konkret, yaitu penerimaan terhadap musik, film, drama, dan artis-artis Korea.
Berkembangnya budaya terjadi karena adanya proses mengkreasikan, menggadakan. Menekankan, dan mengintensifikasi pertukaran serta kebergabungan informasi dalam dunia hiburan di sertai apresiasi terhadap kebudayaan nasional, maka kebudayaan nasional menjadi bergeser nilainya menjadi kebudayaan marginal (pinggiran). Ditambah maraknya remaja sekarang sudah tidak mengenal kebudayaannya sendiri, maka kebudayaan nasional akanmengalami kepunahan dengan sendirinya akibat faktor globalisasi.

Kesimpulan
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia, “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah. Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing.
Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal. Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.

Saran
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu:
a.     Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
b.    Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya.
c.     Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
d.    Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative.

Sumber Pustaka


1.       Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi Wacana.
2.       Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
3.       Suwarsono. Alvin Y. So. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Cetakan keempat, Febuari 2006 (edisi revisi). Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia, anggota Ikapi.


Sumber lain


1.       www.kompas.com
2.       www.wikipedia.com
3.       www.google.com



 Prof. Dr. Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Penerbit Djambatan 2007. Hlm: 6.
[2]
www.wikipedia.com diakses tanggal 13 mei 2012
[3]
George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, Hlm 271-273
 Suwarsono. Alvin Y. So. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Cetakan keempat, Febuari 2006 (edisi revisi). Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia, anggota Ikapi. Hlm. 10.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar