PERUBAHAN BUDAYA :
INTERAKSI SIMBOLIK REMAJA MASA KINI
(studi kasus: Hilangnya Budaya Nasional Mengarah Kebudayaan Korea)
Abror Wiguna
Abstrak
Gaya dan pengembangan
anak-anak muda jaman yang sudah mulah ke arah yang lebih maju membuat kalangan
muda mulai mengikuti trend yang mengguming pada style dan akhirnya sampai
mengikuti dari mulai busana hingga tingkah laku bahkan sampai lingkup sebuah
kelompok. Di kalangan remaja saat ini suatu gejala yang membuat penulis
tertarik untuk meneliti baik secara psikologi, kultural, maupun sosiologis.
Dimana sebuah proses indentifikasi style gaya Korea yang membuat kalangan muda
Indonesia mengalami perubahan kebudayaan di mulai anak-anak hingga kalangan
orang dewasa. Kilasan melalui media massa proses gaya anak muda Korea dan
cuplikan drama dan musik mulai banyak ditiru oleh anak muda di Indonesia. Mead
mengatakan bahwa interaksional kearah gaya dan tindakan saling pengaruh
mempengaruhi menjadi sebuah perubahan demi perubahan kearah kebudayaan yang
menjadi signifikan yang diakibatkan adanya konsumsi baru dalam gaya. Sekarang
ini sedang ramai bahwa setiap gaya yang baru menjadi dominan yang akan membuat
kultur yang ada dikalangan anak muda dan membuat mereka seolah-olah adalah
sebuah karya dan ini menjadi trend masa kini.
Latar
Belakang
Pengembangan
suatu kebudayaan yang pada dasarnya sama dengan kebudayaan kelompok-kelompok
yang ada kearah beberapa sifat pada gaya dan jenis peninggalan yang telah berubah
dari jaman dulu menjadi trend jaman sekarang.[1]
Kebudayaan mengutamakan pada nilai-nilai dan ilmu, teknologi dan ekonomi
kekuasaan atau solidaritas yang bersifat vertikal dan horizontal. Mulai dari
alat musik dapat sebagai citra untuk
mengekspesikan yang saat ini banyak digandrungi remaja Indonesia. Mulai dari
aktor (penyayi), lagu-lagu yang hits, sampai pola perilaku sang artis. Hal
tersebut menarik perhatian remaja Indonesia untuk mengidentifikasi sang idola.
Proses identifikasi yang didapat sehingga
mereka rela mengorbankan waktu bahkan ekonomi yang cukup besar untuk bisa
melihat langsung sang pujaan yang mereka idolakan, dampak yang terjadi membuat
mereka merubah gaya rambut, busana, bahkan dari cara bicara yang tertanam di tiap-tiap
jiwa anak muda sekarang. Gaya yang signifikan membuat mereka menjadi apa yang
ada di dalam idolanya sehingga gaya itu menjamur sampai anak-anak hingga orang
dewasa.
K Pop yang saat ini banyak digandrungi remaja
Indonesia. Melalui media meliput para remaja merubah gaya penampilan pun menjadi salah satu
ajang paling trendi dengan cara berdandan mirip
artis idola merupakan suatu kebanggan. Modern
adalah satu kata menunjukan bahwa seseorang berada di era masa kini, gaya style
model-model artis Korea yang saat ini popular di kalangan remaja secara tidak
sengaja mendorong terjadinya alkulturasi antara budaya masyarakat Indonesia dan
ke-Korean. Tampil berbeda dan penuh warna merupakan salah satu khas gaya artis
Korea, hal ini dapat kita lihat dari proses indentifikasi boy band ala Korea
(SUJU) dan boy band ala Indonesia (SMASH) atau model gaya rambut, berpakaian
ala Cerry Bell. Berberapa tingkah laku, cara menari, dan berpakaian pun menjadi
sorotan utama media untuk memberikan informasi seputar style artis-artis dari
Korea ataupun artis Indonesia ala Korean.
Terjadi proses penyamaan atau transfer
nilai-norma kebudayaan Korea menjadi kebudayaan remaja Indonesia, interaksi
kontak secara tidak langsung melalui media internet, televisi, surat kabar memudahkan
para remaja khususnya. Keadaan inilah yang menarik
perhatian penulis untuk mengetahui seberapa jauh style Korea dinikmati para
remaja Indonesia dan seberapa jauh pengembangan budaya yang sudah mulai berubah dari budaya
lama kearah budaya Korea yang sekarang anak muda Indonesia dengan demam
terhadap budaya Korea.
Sejarah Singkat Aliran K Pop Korea
Pada
tahun 1930-an akibat masuknya musik pop Jepang. Pada tahun 1950-an dan 1960-an,
pengaruh musik pop barat mulai masuk dengan banyaknya pertunjukkan musik yang
diadakan oleh pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan. Pada tahun
1970-an, musik rock diperkenalkan di tahun 1992
awal mula musik pop moderen di Korea yang memberi warna baru dengan aliran
musik rap, rock, techno Amerika. Musik pop dekade 90-an cenderung beraliran
dance dan hip hop. Pasar utamanya adalah remaja sehingga dekade ini, aliran
musik R&B serta Hip-Hop yang berkiblat ke Amerika mencetak artis-artis yang
cukup sukses di Korea dan dunia.[2]
Pergeseran Kebudayaan
Derasnya arus globalisasi dalam bidang ekonomi, politik, budaya, dan sosial
saat ini membuat negara untuk melakukan berbagai upaya agar bisa bertahan dan
tidaka ada satupun negara yang tidak merasakan arus dari globalisasi. Negara di
hadapkan dengan kondisi yang harus mengikuti fenomena globalisasi yang mana
sudah terhipnotis oleh fenomena Korean yang
muncul dan K-Pop sebagai ladang bisnis. Para globalis percaya bahwa globalisasi
adalah sebuah kenyataan yang dimiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana
orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan dan bahwa negara-negara dan
kebudayaan lokal akan hilang termakan kebudayaan dan ekonomi global yang
homogen. Ada empat pandangan mengenai perubahan kebudayaan global yaitu:
1. Positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan
menyatakan bahwa yang toleran dan bertanggung jawab.
2. Pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena
hal tersebut adalah bentuk penjajahan barat yang memaksa sejumlah bentuk budaya
dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan.
3.
Tradisionalis tidak percaya bahwa
globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah
mitos semata atau hanya diperbesar-besarkan saja.
4.
Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh
para globalis, namun mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita
menyangkat keberadaan konsep ini.
Pop Korea pra-modern
pertama kali muncul akibat musik pop Jepang yang mempengaruhi unsur-unsur
mengikuti perkembangan budaya pada saat ini. Berbagai artis Korea mengangkut kesuksesan di
dunia internasional, kemudian artis-artis berlomba-lomba agar pasar musik Korea
bisa trend di dunia. Artis pertama yang mengadakan konser internasional
bertajuk Rainy Day 2005 Tour, di Madison Square Garden. Boyband Korea Indonesaia sendiri , seiring dengan drama Korea yang
semakin diterima publik Indonesia, muncul pula kegemaran akan grup musik pria (boyband) maupun wanita (girlband) seperti grup musik. Sejak itu
penggemar K-Pop dan drama Korea mulai
umum dijumpai. Selain itu semakin bermunculan grup vokal pria maupun wanita di
Indonesia yang hendak meniru K-Pop seperti,
grup musik XOIX, Cherry Belle, Hitz, Dragon Boyz, dan sebagainya.
Musik Korea berhasil
menghipnotis telinga dan mata remaja di berbagai penjuru dunia, takkecuali di
Indonesia. Kedashsyatan pesona penyanyi dengan gerakan-gerakan dinamis telah
menyihir jutaan pemirsa televisi manapun secara live ketika mereka sedang menggung. Indonesia benar-benar demam K-Pop telah mendorong lahirnya sebuah fenomena
fanatisme dimana para pesohor dari negeri ginseng tersebut
menjadi kiblat dalam berperilaku bagi remaja dan generasi muda di Tanah
Air. Tidak
sedikit dari mereka yang rela melancong ke negeri yang
berada di Semenanjung Asia Timur itu hanya untuk menonton konser artis idola
dan berbelanja pernak-pernik berlabel“made in
Korea”.
Gaya Korea benar-benar telah merubah gaya hidup dan jadwal kegiatan anak
dan remaja sehari-hari. Di saat mereka bangun tidur dari
kamar mereka sudah terdengarl agu K-Pop. Terkadang para orang tua juga ikut tergila-gila pada Korea sampai rela
mengorbankan waktu beristirahatnya demi menonton show Korea atau sinema/drama Korea
di internet maupun televisi. Seakan
takut “berdosa” ketinggalan berita terbaru mengenai K-Pop,
sampai aktivitas sehari-hari seperti makan pun dilakukan di depan laptop atau televisi. K-Pop menjadi medan magnet baru
gaya hidup.
K-Pop
telah menjadi trendsetter yang
diikuti anak-anak muda, bukan hanya aliran musiknya, namun juga gayanya
berpakaian. Bisa dikatakan, Korean Wave menjadi bentuk nyata keberhasilan pemerintah
Korsel melakukan inflitrasi budaya di berbagai negara ditengah
derasnya arus globalisasi budaya Barat.Namun, menjadikan budaya
Korsel terkenal di seluruh dunia tidaklah semudah membalikan
telapak tangan. Semua itu bermula pada
20tahun lalu, ketika pemerintah Korsel merancang sebuah Korea masa depan, dengan budayanya yang digandrungi banyak orang di dunia.
20tahun lalu, ketika pemerintah Korsel merancang sebuah Korea masa depan, dengan budayanya yang digandrungi banyak orang di dunia.
Pada tahap ini masyarakat mulai mengkonsumsi apa yang menjadi
tindakan seorang aktor. Konsumsi tersebut dapat dilihat dengan proses
pengindentifikasian beberapa ciri-ciri yang sama dengan sang idola. Proses penyamaan
ini kemudian menjadi tingkat konsumsi masyarakat indonesia dalam berprilaku
ataupun melakukan tindakan. Gelaja
globalisasi membuat informasi tanpa batas, melalui proses ini
seseorang dapat dengan mudah mendapatkan berbagai informasi dari berbagai belahan
dunia.
Bisnis K-Pop benar-benar dimanfaatkan dengan
baik oleh pemerintah Korsel untuk membangun perekonomian
domestik disamping terus mengglobalkan budaya Korea.Tidak
hanya itu, pemerintah Korea sangat jeli melihat peluang agar
budaya negaranya menjadi terkenal, termasuk menyatukan olah raga beladiri
tradisional menjadi satu wadah yang bernama Taekwondo pada tahun 1954. Dengan
cepat, olahraga ini menjadi terkenal di seluruh
dunia, bahkan menjadi cabang olahraga yang resmi dipertandingkan di Olimpiade.
Proses peniruan tersebut kemudian membuat
sebuah persepsi, aktor melihat impuls dari luar kemudian persepsi melibatkan
rangsangan yang baru masuk melalui citra dan menimbulkan stimulus yang baru.
Proses peniruan kemudian membuat persepsi masyarakat bahwa gaya sang artis
merupakan gaya trendi masa kini, hal ini dapat kita lihat dari adanya proses
penyamaan acara yang ada di Korea dengan acara televise yang ada di Indonesia.
Hampir seluruh band-band baru menampilkan gaya mirip artis-artis Korea. Mereka menjiplak
cara berpakaian yang sama senada, model rambut, dan beberapa aksesoris artis
misalnya kalung, tas, sepatu dan topi.
Keberadaan drama-drama
Korea berseri yang ditanyangkan di stasiun swasta Indosiar dapat kita amati
berawal dari adanya tanyangan drama taiwan F4 Meteor Garden suksesnya film ini
di Indonesia membuat perfiliman drama berseri menjadi salah satu tayangan yang
digemari masyarakat Indonesia.
Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme
simbolik yang akan diangkat adalah teori menurut George H. Mead tentang
tindakan.[3] Mind menjelaskan bahwa tindakan sebagai
“unit primitif” dalam memusatan perhatian tentang behavioris penekannya pada
rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response). Mind mengidentifikasi empat basis dan tahap tindakan yang saling berhubungan. keempat tahap itu
mencerminkan satu kesatuan organik (saling berhubungan secara dialektis).
Pertama, Implus yaitu
dorongan hati/implus (impulse) yang
meliputi “stimulus/rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera” dan
reaksi aktor terhadap rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu tehadap
rangsangan itu. Rasa lapar adalah contoh yang tepat dari impuls. Aktor
(binatang maupun manusia) secara spontan dan tanpa pikir memberikan reaksi atau
implus, tetapi aktor manusia lebih besar kemungkinannya akan memikirkan reaksi
yang tepat (misalnya, makan sekarang atau nanti). Dalam berfikir tentang reaksi, manusia tidak
hanya mempertimbangkan situasi kini, tetapi juga pengalaman masa lalu dan mengantisipasi
akibat dari tindakan di masa depan.
Kedua, Persepsi
(perception). Aktor menyelidiki dan
bereaksi terhadap rasangan yang berhubungan dengan implus, dalm hal ini rasa lapar dan juga berbagai alat yang
tersedia untuk memuaskannya. Manusia mempunyai kapasitas untuk merasakan dan
memahami stimulus melalui pendengaran, senyuman, rasa, dan sebagainya.Persepsi
melibatkan rangsangan yang baru masuk maupun citra maupun citra mental yang
ditimbulkannya. Aktor tidak secara sempontan menanggapi situmuli dari luar,
mereka juga secara aktif memilih ciri-ciri rasangan dan memilih diantara
sekumpulan rangsangan. Artinya sebuah rangsangan mungkin mempunyai beberapa
dimensi dan aktor mampu memilih diantaranya. Aktor biasanya berhadapan dengan
banyak rangsangan yang berbeda dan mereka mempunyai kapasitas untuk memilih
yang mana perlu diperhatikan dan yang mana perlu diabaikan.
Ketiga, Manipulasi (Manipulation). Langkah selanjutnya adalah memanipulasi objek atau
mengambil tindakan berkenaan dengan objek. Manusia mempunyai keuntungan lain
ketimbangan binatang, seperti mempunyai otak sebagai menanggapi ilmu
pengetahuan. Tahap manipulasi merupakan tahap jeda yang penting dalam proses
tindakan agar tanggapan tak diwujudkan secara spontan. Seorang manusia yang
lapar melihat cendawan, tetapi sebelum memakannya ia mungkin mula-mula
memunggutnya, menelitinya, dan memeriksanya lewat buku petunjuk untuk melihat
apakah jenis cendawan itu boleh dimakan. Sebaliknya, binatang mungkin langsung
memakan cendawan itu tanpa perlakukan memeriksanya (dan pasti tanpa membaca
tentang jenis cendawan). Memberi sela waktu dengan memperlakukan objek,
memungkinkan manusia merenungkan berbagai macam tanggapan. Dalam memikirkan
mengenai apakah akan memakan cendawan itu atau tidak, baik masa lalu maupun
masa depan dilibatkan. Orang mungkin berpikr tentang pengalaman masa lalu
ketika memakan jenis cendawan tertentu yang menyebabkan mereka sakit, dan
memungkinkan kesakitan di masa depan atau bahkan kematian yang dapat menyertai
karena memakan cendawan beracun. Perlakukan terhadap cendawan menjadi sejenis
metode ekspiremen di mana aktor secara
mental menguji berbagai macam hipotesis tentang apakah yang akan terjadi bila
cendawan itu dimakan.
Keempat, Konsumasi/tahap pelaksanaan (Consummation), atau mengambil tindakan
yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya. Baik manusia maupun binatang
mungkin memakan cendawan, tetapi manusia lebih kecil kemungkinana memakan
cendarawan beracun karena kemampuannya untuk memanipulasi cendawan dan
memikiran (dan membaca) mengenai implikasi dari memakannya. Binatang tergantung
pada metode trial and error dan ini adalah metode yang kurang efesien
ketimbang kemampuan manusia untuk berfikir melalui tindakannya.
Demam Korea dikalangan remaja dapat kita
ambil dari penjelasan Mead di atas, awalnya dari interaksi yang diperankan oleh
beberapa artis Indonesia yang menirukan gaya Korea membuat masyarakat meniru
dan mencoba mengambil peran dengan apa yang dilihat dari layar televise.
Awalnya menyukai drama sinetron kemudian menyukai aliran music K Pop dan saat ini meniru style ala
korea. Berikut penuturan HY seorang siswa SMA yang sangat mencintai musik Korea.
Pembahasaan
Peniruan kebudayaan yang
terjadi di kalagan anak muda masa kini membauat hal baru bagi banyak hal
seperti K-Pop ke-Korean yang membuat perubahan kebudayaan pada anak muda hingga
anak-anak. Ini menjadi jelas, bahwa aetiap yang baru megakibatkan sebuah proses
dorongan hati/implus (impluse) yang meliputi stimulus atau rangsangan spontan
yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi aktor terhadap rangsangan
kebutuhn untuk melakukan sesuatu terhadap rangsangan itu . sehingga manusia
mempunyai kapasitas untuk merasakan dan memahami stimulus melalui pendengaran,
senyuman, rasa, dan sebagainya. Hal ini juga berakibat pada manipulasi, langkah selanjutnya adalah memanipulasi objek
atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek.
Kebudayaan Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi
sangat membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta
memiliki keunikan tersendiri. Banyak faktor yang menyebabkan budaya dilupakan
dimasa sekarang ini, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya identitas
bangsa dan dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh
negara lain. Sekarang adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan, menjaga,
serta mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya
bangsa. Banyak banyak faktor yang mempengaruhi perubahan salah satunya kemajuan
teknologi, walau dari faktor ini banyak manfaatnya tetapi dengan merubah
alat-alat yang tradisional mejadi lebih modern, sumber kedua dengan masuknya
budaya asing menjadi tantangan tersendiri agar identitas budaya tetap terjaga.
Arus Glabalisasi
Mempengaruhi Pergeseran kebudayaan
Perubahan budaya yang terjadi di
dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi
masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju
pluralisme nilai dan norma social merupakan salah satu dampak dari adanya
globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara
mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Masyarakat berkembang dari
masyarakat primitif menuju masyarakat maju dan membaurkan antara pandangan
subjektif tentang nilai dan tujuan akhir perubahan-perubahan menuju masyarakat modern, merupakan sesuatu
yang tidak dapat dihindari.[4]
Kebudayaan setiap bangsa
cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan
massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian
terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang
bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa
teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya
khususnya di negara ke tiga.
Kesenian-kesenian yang bersifat
ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan
berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai
kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus
berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi
informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang
ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi
masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai
seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.
Berkembangnya budaya pop Korea di
negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia
menunjukan adanya transformasi budaya asing ke negara lain. Dalam konsepsi
budaya populer yang berada menunjukan kekongkretannya yang terwujud dalam
artifat-artifat budaya seperti lagu, drama, film, musik, program televisi, makanan, dan bahasa. Sedangkan
dimensi abstrak yang berupa nilai, norma, kepercayaan, tradisi, makna,
terkandung secara tidak langsung dalam artifak budaya tersebut. Berkaitan
dengan Asian Fans Club, budaya pop Korea yang diterima kelompok penggemar di
Indonesia masih terbatas pada dimensi konkret, yaitu penerimaan terhadap musik,
film, drama, dan artis-artis Korea.
Berkembangnya budaya
terjadi karena adanya proses mengkreasikan, menggadakan. Menekankan, dan
mengintensifikasi pertukaran serta kebergabungan informasi dalam dunia hiburan
di sertai apresiasi terhadap kebudayaan nasional, maka kebudayaan nasional
menjadi bergeser nilainya menjadi kebudayaan marginal (pinggiran). Ditambah
maraknya remaja sekarang sudah tidak mengenal kebudayaannya sendiri, maka
kebudayaan nasional akanmengalami kepunahan dengan sendirinya akibat faktor
globalisasi.
Kesimpulan
Pengaruh
globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi
kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan
bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi
disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah
menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru
tentang kesatuan dunia, “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat
manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka
atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah. Artinya
adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata
lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing.
Oleh karena
itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa.
Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan
pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni
tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya
memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan
komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu
indah dan mahal. Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai
harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai
generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni
budaya kita demi masa depan anak cucu.
Saran
Dari hasil
pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya
pergeseran kebudayaan yaitu:
a. Pemerintah
perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran
budaya bangsa.
b. Masyarakat
perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan
budaya bangsa pada umumnya.
c. Para pelaku
usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan
dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
d. Masyarakat
perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang
masuk tidak merugikan dan berdampak negative.
Sumber Pustaka
1. Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik
Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi Wacana.
2. Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
3. Suwarsono. Alvin Y. So. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Cetakan keempat, Febuari
2006 (edisi revisi). Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia, anggota Ikapi.
Sumber lain
Prof. Dr. Koentjaraningrat. Manusia dan
Kebudayaan di Indonesia. Penerbit Djambatan 2007. Hlm: 6.
George Ritzer, Teori
Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, Hlm 271-273
Suwarsono.
Alvin Y. So. Perubahan Sosial dan
Pembangunan. Jakarta: Cetakan keempat, Febuari 2006 (edisi revisi).
Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia, anggota Ikapi. Hlm. 10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar