SIKAP
Psikologi
sosial memandang sikap sebagai sesuatu yang penting bukan hanya karena sikap
itu sulit diubah tetapi, karena sikap ditempatkan sebagai isu sentral dalam
bidang psikologi. Karna mempunyai peranan khusus menguraikan tingkah laku
manusia dalam situasi sosial itu. Oleh karna atas sikap-sikap sosial manusia.
A.
Pengertian
Sikap
Ciri
khas dari sikap yaitu (1) mempunyai objek tertentu (orang, prilaku, konsep,
situasi, benda dan sebagainya), sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial
kita, meskipun sikap tersebut tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku
yang tampak. (2) mengandung penilaian (setuju, tidak setuju, suka-tidak suka),
sikap sebagai hal yang penting karena, sikap dapat mempengaruhi tingkah laku.
Perbedaan terletak pada proses terjadarinya dan penerapan dari konsep tentang
sikap ini yaitu sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan), oleh karna
itu sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah. Ada
berbagai faktor-faktor lain yang turut memegang peranan yaitu faktor internal
dan eksternal.
ü Faktor
internal
Selektivitasnya
sendiri, daya pilihnya sendiri atau minat perhatiannya untuk menerima dan
mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya itu, dan turut
ditentukan pula oleh motifasi yang sudah ada didalam diri pribadi orang itu.
ü Faktor eksternal
Isi
pandangan baru yang lain diberikannya itu, siapa yang menemukannya dan siapa
yang mendokong pandangan, dan situasi bagaimana itu diperbincangkan (situasi
interaksi kelompok, situasi orang sendiri, dll).
B.
Dominan
sikap
Ada
dua macam sikap yaitu sikap yang positif dan sikap negatif, dari kedua sikap
ini didasarkan oleh pengetahuan dan kepercayaan yang berbeda, sehingga
menimbulkan perasaan dan kecendrungan bertingkah laku yang berbeda pula. Sikap
ini mengandung tiga bagian yaitu affective (perasaan), behavior (prilaku), dan
cognitive (kesadaran) disingkat ABC. Dari ketiga sikap itu saling berkaitan
erat bahwa jika dapat mengetahui kognisi dan perasaan seserang terhadap seuatu
objek sikap tertentu, kita tahu pula kencendrungan sikap tertentu dengan
demikian kita dapat meramalkan perilaku dari sikap yang dampaknya besar sekali
dalam penerapan psikologi karena dapat dimanfaatkan baik dalam hubungan antar
pribadi dalam konseling maupun hubungan kelompok. Ketidak sesuaian antara
perilaku dan sikap disebabkan karena ada faktor-faktor selain sikap yang
terpisah-pisah yang mempengaruhi perilaku.
1. Kesesuaian
antara sikap dan perilaku
Adanya
ketidaksesuaian antara sikap dan perilaku sudah diketahui sejak lama yaitu
bahwa kecurangan dalam hubungan dengan situasi tertentu dan belum tentu
berkorelasi dengan kecendrungan dalam hubungan dengan situasi yang lain.
Misalnya membuang ssampah juga diketahui bahwa sikap terhadap membuang sampah
dikalangan sejumlah responden dijakarta berkorelasi positif dengan taraf
pendidikan yaitu makin tinggi tingkat pendidikan maka makin positif sikap pada
membuang sampah secara benar.
2.
Terbentuknya sikap
Sikap
sering kali diperoleh dari orang lain melalui proses pembelajaran sosial.
Pembentukan sikap seseorang dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:
a. Classical
Conditioning.
Bentuk
dasar pembelajaran dimana satu stimulus, yang awalnya netral, menjadi memiliki
kapasitas untuk membangkitkan reaksi melalui pemasangan yang berulangkali
dengan stimulus lain. dengan kata lain stimulus menjadi sebuah tanda bagi
kehadiran atau terjadinya stimulus yang lain. sebagai contoh seorang anak kecil
melihat ibunya bermuka masam dan menunjukkan tanda-tanda tidak suka setia kali
ibunya menghadapi seseorang dari suku bangsa tertentu. Awalnya anak tersebut
bersikap netral terhadap anggota suku bangsa tersebut dan karakteristik
fisiknya. Setelah karakteristik ini dipasangkan dengan reaksi emosional negatif
ibu beberapa kali, terjadilah classical conditioning, sehingga anak menjadi
bereaksi gatif terhadap stimulus dari kelompok suku bangsa tersebut.
b. Instrumental
Conditioning.
Bentuk
dasar dari pembelajaran dimana respons yang menimbulkan hasil positif atau
mengurangi hasil negatif diperkuat. Tingkah laku yang diikuti hasil positif
(seperti pemberian hadiah) akan membentuk penguatan, hasil positif diperkuat
dan cenderung akan diulangi. Sebaliknya, tingkah laku yang diikuti hasil
negatif (seperti hukuman) akan semakin lemah dan berkurang.
c. Pembelajaran dari Observasi.
Salah
satu bentuk dasar belajar dimana individu mempelajari tingkah laku atau
pemikiran baru melalui observasi terhadap orang lain. berbicara mengenai
pembentukan sikap, pembelajaran melalui observasi memainkan peran yang penting.
Dalam banyak kasus, anak mendengar orang tua mereka mengatakan sesuatu yang
seharusnya tidak mereka dengar,atau memperhatikan orang tua mereka saat
melakukan sesuatu yang dilarang oleh orang tua untuk dilakukan oleh seorang
anak.
d. Perbandingan
Sosial.
Proses dimana
kita membandingkan diri kita dengan orang lain untuk menetukan apakah pandangan
kita terhadadap kenyataan sosial betul atau salah. Dalam banyak kasus, sikap
terbentuk dari informasi sosial yang berasal dari orang lain(apa yang kita
lihat mereka katakana atau lakukan), dan keinginan kita sendiri untuk menjadikan
serupa dengan orang yang kita sukai atau hormati.
e. Faktor
Genetik.
Penelitian yang
dilakukan terhadap kembar identik menunjukkan bahwa sikap juga dipengaruhi oleh
faktor genetik, walaupun besarnya pengaruh tersebut bervariasi untuk sikap yang
berbeda. Sikap dari kembar identik yang dipisahkan di awal kehidupanya
berkorelasi lebih tinggi daripada kembar nonidentik atau orang lain yang tidak
memiliki hubungan keluarga. Penemuan ini menunjukkan bukti bahwa pandangan yang
menyatakan sikap dipengaruhi oleh faktor oleh faktor genetic adalah benar dalam
batas-batas tertentu. Sebagian
orang berpendapat bahwa ada faktor-faktor genetik yang berpengaruh pada
terbentuknya sikap. Terbentuk sikap dari pengalaman, melalui proses belajar. Pasangan
ini mempunyai dampak terapan yaitu bahwa berdasarkan pandangan ini dapat
disusun berbagai upaya untuk mengubah sikap seseorang.
Pengubahan
seseorang atau masyarakat dan sika tertentu kesikap lainnya terhadap suatu
objek. Perubahan sikap ini akan mengubah pula perilaku sehingga terjadi
perilku-perilaku yang lebih sesuai dengan yang diharapkan. Proses belajar
tersebut dapat terjadi melalui proses kondisioning atau melalui proses belajar
sosial atau karena pengalaman, dan proses belajar Bandura yaitu melalui
peniruan dari perilaku metode proses belajar.
C.
Teori Reasoned
Action
Mengembangkan
suatu teori dan yang metode untuk memperkirakan perilaku pengukuran sikap yaitu
berusaha mengungkapkan latar belakang atau alasan dari suatu tindakan. Yang
diawali keritik terhadap teori dan pengukuran sikap perilaku yang sering kali
tidak tepat, yaiu tidak dapat memperkirakan perilaku yang akan timbul.
Penyimpulan
sikap tidak dapat dibuat hanya berdasarkan suatu tindakan pada satu saat saja,
dan peramalan perilaku pada satu tindakan yang khusus pada suatu waktu dan
situasi tertentu tidak dapat diterapkan berdasarkan sikap yang lebih umum
dengan menggunakan kiteria observasi berulang dan kriteria berganda. Sebaliknya
jika berulang dalam konteks yang sama pada waktu yang berbeda-beda akan
menunjukan sikap terhadap target. Niat untuk berperilaku tersebut ditentukan
oleh dua hal yaitu (1) sikap terhadap perilaku itu sendiri (2) norma subjektif,
tentang perilaku itu. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh dua hal yaitu (1)
kepercayaan dan keyakinan tentang konsekuensi- konsekuensi dari perilaku dan
(2) evaluasi terhadap konsekuensi- konsekuensi tersebut untuk diri subjek itu
sendiri.
Jadi
perilaku-perilaku yang dapat diukur hanyalah perilaku yang betul-betul yang
tergantung pada niat saja. Teori ini jadi menyingkirkan perilaku-perilaku yang
menuntut keterampilan atau keahlian dan yang ada hubungannya dengan kebiasaan
perilaku yang menjadi tradisi atau sudah diatur oleh masyarakat.
D.
Perilaku menentukan sikap
Pembentukan
sikap yang paling efektif adalah melalui pengalaman sendiri. Perilaku adalah
pengalaman yang paling langsung pada diri seseorang. Pengaruh pada sikap juga
terjadi karena apa yang dikatakan atau diperbuat oleh seseorang bcenderung
dipercayai oleh orang itu sendiri. Misalnya adalah sosok Hilter adalah diktator
yang pada masanya sangat berkuasa dan didukung oleh massa pengikutnya. Lalu di
Indonesia, Bung Karno juga demikian, dengan kemampuan retoriknya yang didukung
oleh wajah ganteng dan badan yang gagah, dan ia menciptkan istilah
slogan-slogan yang mudah diterima oleh anak-anak diseluruh pelosok desa
sehingga anak-anak dapat mengucapkan slogan-slogan tersebut. Pengaruh perilaku pada sikap juga terjadi karena apa
yang dikatakan atau diperbuat oleh seseorang cenderung dipercayai oleh orang
itu sendiri.
1. Teori
tindakan yang beralasan: sebuah teori yang menyatakan bahwa keputusan untuk
melakukan tingkah laku tertentu adalah hasil dari sebuah proses rasional dimana
pilihan tingkah laku dipertimbangkan. Konsekuensi dan hasil dari setiap tingkah
laku dievaluasi, dan keputusan sudah dibuat, apakah akan bertingkah laku
tertentu atau tidak. Kemudian keputusan ini direfleksikan dalam tujuan tingkah
laku, yang sangt berpengaruh terhadap tingkah laku yang tampil.
2. Teori
tingkah laku terencana: perluasan dari teori tindakan beralasan, yang
menyatakan bahwa selain sikap terhadp tingkah laku dan norma-norma subjektif
terhadap hal tersebut individu juga mempertimbangkan kontrol tingkah laku yang
dipersepsikan yaitu kemampuan mereka untuk melakukan tindakan tersebut.
3. Teori
Fazio mengenai model
proses sikap terhadap tingkah laku: beberapa kejadian mengaktifkan sebuah
sikap, setelah sikap diaktifkan akan mempengaruhi persepsi terhadap objek
sikap. Pada saat yang bersamaan, pengetahuan kita tentang apa yang pantas dalam
sebuah situasi (pengetahuan tentang berbagai norma-norma sosial atau
pengetahuan yang mengatur tingkah laku dalam konteks tertentu) juga akan
diaktifkan.Secara bersama-sama sikap dan informasi yang telah dimiliki tentang
apa yang pantas atau diharapkan membentuk definisi kita akan terjadi, dan pada
akhirnya persepsi mempengaruhi tingkah laku. Sikap mempengaruhi tingkah laku
kita melalui dua mekanisme dan mekanisme-mekanisme ini berlaku dibawah satu
kondisi yang berbeda.
E.
Membenarkan perilaku yang salah
Gejala
ini sering terjadi dikehidupan kita sehari-hari yaitu pada pelecehkan wanita
seperti pemerkosaan, tetapi kita membenarkan perilaku kita sendiri dengan
menyalahkan korban. Pria yang mencela
wanita, misalnya akan mengatakan bahwa si wanitalah yang memancing dengan rok
mini, baju yang serba terbuka, dan gaya centil.
Ø Mengapa perilaku mempengaruhi sikap
Menurut Myers (1966) ada tiga pendekatan untuk menjelaskan pengaruh
perilaku terhadap sikap yaitu :
1. Teori pernyataan diri (self presentation theory)
Orang
cenderung menjaga konsistensi antara citra diri dan perilaku, walaupun sikap
yang sesungguhnya tidak selalu sesuai dengan perilaku. Ada kecendrungan orang
untuk lebih menyenangkan orang lain demi mempertahankan citra diri dari pada
mengungkapkan diri secara apa adanya.
2. Disonansi kgnitif
Menurut
Festinger (1957), jika ada dua element kognitif (pikiran atau keyakinan) yang
saling bertentangan, orang akan merasa tegang (disonan), untuk menghilangkan
disonansi itu, salah satu caranya adalah menyesuaikan salah satu element
kognitif itu agar sama dengan element kognitif yang lain. Contohnya adalah jika
kita berhadapan dengan polisi lalu lintas, karena disatu pihak polisi dinilai positif (petugas,
penegak hukum, dll), dilain pihak polisi juga dinilai negatif (menerima suap,
mempersulit pelanggaran dan sebagainya).
3. Persepsi diri
Bem
(1972) menjelaskan bahwa kita tidak dapat menjelaskan perilaku kita dengan
atribusi ekternal, kita cenderung menjelaskannya dari apa yang kita lihat atau
dengar tentang perilaku kita sendiri (seperti melihat cermin). Contoh pada saat
kita berangkat ke kantor, seandainya sering ditegur bos karna sering terlambat,
lama kelamaan kita kita cenderung percaya bahwa kita ini orang malas.
Ø Pengukuran sikap
Pada
perinsipnya pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan daftar pernyataan
tentang objek sikap atau respon, yaitu dengan menggunkan perbandingan fisik
untuk menentukan sikap terhadap objek sikap tertentu. Bahwa seseorang terhadap
objek sikap dapat diskalakan tanpa membuat perbandingan fisik terlebih dahulu. Teknik psikologik lain dalam pengukuran sikap ini adalah
dari Osgood, suci & Tannenbaum (1957) pada dasar teorinya adalah bahwa
sikap orang terhadap suatu objek dapat diketahui jika kita mengetahui konotasi
(arti psikologik) dari kata yang melambangkan objek sikap. Dengan cara adalah
dengan menempatkan objek sikap (misalnya, Homoseks) pada bagian paling atas
dibawahnya mengikuti oleh sejumlah pasangan kata yang saling bertentangan
(hipolar) (misalnya, rajin- malas, berbahaya-tidak berbahaya, rapi-jorok,
menular-tidak menular, bersahabat-musuhan, dan seterusnya).
Ø Prasangka
Prasangka
adalah jika negatif terhadap
kelompok tertentu atau seseorang, semata-mata karena keanggotaannya dalam
kelompk tertentu yang timbul karena penilaian yang tidak berdasarkan dan
pengambilan sikap sebelum menilai dengan cermat, sehingga terjadi penyimpangan
pandagan dari dua kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi prasangka tidak selalu
salah dan irasional. Prasangka yang positif biasanya tidak menimbulkan masalah
dalam hubungan antarpribadi atau antarkelompok, sehingga tidak dibicarakan
secara khusus atau bahkan dianggap tidak ada. Prasangka adalah
problem psikologi sosial karena yang utama dari sikap ini adalah dampak pada
hubungan antarpribadi dan antarkelompok.
a.
Prasangka jenis
kelamin mengambil contoh pada prasangka dan diskriminasi jenis kelamin
(khususnya terhadap wanita) teramat banyak permasalahan, di Indonesia sendiri,
baru sejak R.A. Kartini (1904) wanita sedikit demi sedikit dapat memperoleh
pendidikan dan dapat posisi dan status yang semakin dalam masyarakat, tetapi
sampai sekarangpun masih terasa adanya diskriminasi pada wanita di berbagai
bidang. Perkembangan jenis kelamin juga akan berbeda (maskulin, feminin, dan
androgin) jika pembagian peran dalam masyarakat berubah karena perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan (Bem, 1978).
b.
Prasangka
homoseksual terletak pada gay dan lesbian, merupakan gejala yang terjadi
diseluruh dunia. Salah satu teori mengatakan bahwa prasangka homoseksual ini
terjadi karena adanya peran pria-wanita tradisional yang disusun berdasarkan
kondisi dalam masyarakat yang didominasi oleh kaum heteroseksual dimana
menyediakan sistem nilai yang sudah jadi (dalam bentuk adat, kebiasaan, agama,
hukum, dan sebagainya) yang mengekslusifkan kaum homoseksual dan memberi tempat
pada prasangka homoseksual seakan-akan prasangka itu wajar dan biasa
saja.contohnya pada perilaku diskriminasi terhadap kaum tersebut, seperti
membuat jarak dengan gay dan lesbian karena adanya anggapan bahwa homoseksual
mengancam dan mengganggu ketenteraman dan agresif begitu juga sebaliknya.
c.
Prasangka agama,
agama sebetulnya mempunyai tujuan penyesuaian diri terhadap berbagai masalah
kehidupan dan dapat memberi makna hidup, keintiman, dan jati diri. Bahwa
kepercayaan pada agama hanya berkorelasi positif dengan orang-orang yang tahap
perkembangan moral, sebaliknya, pada mereka yang perkembangannya baru ,
korealasi antar agama dan moral justru negatif.
F.
Interaksi kelompok
Dalam perkembangannya, orang mungkin mempunyai kelompok,
demikian pula misalnya pada kelompok keluarga. Kelompok keluarga menjadi kelompok
pegangan hidupnya dimana dia merasa adanya hubungan batin karena norma-norma
dan nilai-nilai kehidupan serta terhadap bermacam-macam hal sesuai dengan diri
pribadinya (kelompok keluarga). Yang mengalami proses sosialisasi pada dirinya
didalam kerangka kehidupan keluarganya, memperoleh norma-norma dan attitude
pertama-tama di dalam lingkungan keluarga.
G.
Persuasi
Persuasi
adalah usaha untuk mengubah sikap orang lain melalui penggunaan berbagai jenis
pesan. Usaha persuasi melibatkan elemen-elemen berikut: beberapa sumber yang
membawa tipe pesan (komunikasi) untuk beberapa orang atau kelompok orang
(penonton). Pesan persuasi dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu pemrosesan
sistematik atau rute utama dan pemrosesan heuristik atau rute periferal.
Pemrosesan sistematik atau rute utama
merupakan cara yang melibatkan pertimbangan yang mendalam dan hati-hati
terhadap pesan dan ide yang terkandung di dalamnya. Pemrosesan ini membutuhkan
cukup usaha dan menyerap banyak kapasitas pemrosesan kita. Sedangkan pemrosesan
heuristik periferal merupakan cara yang melibatkan penggunaan aturan utama yang
sederhana atau jalan pintas mental. Jenis pemrosesan ini tidak terlalu menuntut
usaha dan memberikan usaha dan memberikan kesempatan keada kita untuk bereaksi
terhadap pesan persuasi secara otomatis.
H.
Kesimpulan
Sikap adalah salah satu paktor utama dalam psikologi
sosial yang memang banyak dibicarakan diberbagai penelitian-penelitian agar
mengetahui dampak yang terjadi pada diri individu-individu terutama pada dasar
objek tersebut yang menjadi tingkat kesulitan pemahamannya. Agar setiap manusia
dapat membelah dan menilai setiap interaksi yang akan terjadi didalam individu
maupun kelompok sosial didalam masyarakat. Artinya setiap sikap memiliki sebab
dan akibat yang nantinya akan berakibat positif atau negati pada sikap itu
tersebut, agar tidak terkecoh dan gampang dimengerti pentingnya kita memahami
berbagai gelaja-gejala yang akan kita hadapi nanti dan terjadi didalam
masyarakat. Sebab dalam sisi manusiaa tersebut memiliki attitude yang memang
bawaan dari keluarga yang memang sudah datang sejak kita lahir. Maka
penelitian-penelitian yang dilakukan ingin memudahkan kita dalam menyikapi perilaku
yang mempengaruhi tingah laku dan berbagai paktor-paktor lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar